Bahasa Indonesia, Lain Tempat Lain Maknanya
Rayi Nasiswari 17 Oktober 2012
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Sejak dulu kelompok-kelompok manusia telah membuat kesepakatan masing-masing tentang simbol yang akan mereka gunakan baik lisan maupun tulisan. Indonesia dianugerahi dengan beragam suku dan budaya, begitu pula dengan bahasa daerahnya yang kaya. Bersyukurlah kita yang hidup sekarang sudah memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia setelah adanya Sumpah Pemuda.
Tapi, ternyata konteks bahasa Indonesia di masing-masing daerah bisa berbeda-beda. Contohnya yaaa kosakata bahasa Indonesia di Fakfak ini. Banyak makna kata yang bergeser atau bahkan berbeda dengan penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari di Jawa. Berikut adalah beberapa contoh kata-kata tersebut:
- Sebentar : nanti
- Baru : selanjutnya/terus
- Ronda : jalan-jalan berkeliling
- Gang : halte
- Loyang : ember/wadah air
- Perahu : mobil
- Darat :sana/ daerah yang lebih tinggi
- Laut : sini/daerah yang lebih rendah
- Guling : gulung
- Tolak : dorong
- Angkat : ambil
- ....~kah ...? : atau (contoh: 1. ko mau makan kah apa? Artinya: kamu mau makan atau mau apa? 2. Dibaca kah tulis? Artinya: dibaca atau ditulis?)
Perbedaan makna ini awalnya cukup membuat saya pusing untuk memahami maksud perkataan mereka. Sering kali menimbulkan kesalahan dalam menangkap informasi yang disampaikan. Contoh yag terjadi kepada saya:
Saya berkata, “Ibu sebentar mau pergi ke kelas 6 dulu ya.” (sambil melangkah ke luar kelas). Maksud saya: saya akan pergi ke kelas 6 tidak akan lama-lama
Tetapi cepat-cepat murid saya membalas, “Ibu bilang sebentar, tapi kenapa ibu pi (pergi) sekarang?”
Saya pun membalas dengan, “......................”
Selain membuat kesalahan dalam berkomunikasi, sebelum memahami bahasa Indonesia ‘versi’ mereka, saya juga sering kesulitan dalam menyampaikan pelajaran di sekolah. Wajah-wajah yang bengong dan melongo sering saya jumpai ketika belajar, tidak paham bukan karena mereka bodoh, tetapi saya yang belum bisa menggunakan bahasa Indonesia yang mereka pahami. Hingga ada seorang murid yang protes kepada saya, “Ibu, kitorang ini bingung ibu pu bahasa Indonesia tinggi-tinggi.”
Saya pun segera belajar memahami dan menggunakan bahasa Indonesia yang mereka pahami supaya lebih mudah berkomunikasi. Saya juga punya solusi lain yaitu mengangkat anak yang sudah paham materi yang disampaikan menjadi asisten dadakan saya. Ia saya tugaskan untuk berkeliling ke setiap meja dan menjelaskan pelajaran dalam bahasa daerah mereka. Ternyata ini sangat efektif untuk saya maupun untuk murid yang saat itu saya tugaskan, mereka jadi lebih percaya diri untuk berbicara di depan kelas dan meningkatkan kepekaannya untuk membantu teman sekelasnya.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda