Jek-jek

Ratna Galih Puspita Rahayu 30 Mei 2015

Dusunku letaknya diatas gunung. Merupakan dusun terjauh dengan jalan buntu yang menandakan tidak ada lagi dusun setelahnya. Butuh waktu sekitar 30 menit dengan melalui medan terjal yang bikin pegal untuk mencapai dusunku dari bawah gunung. Bisa dibayangkan, disini hanya ada dua orang yang berjualan. Satu di barat dan satu di timur. Pun yang dijual kebanyakan bahan-bahan yang awet disimpan hingga lama, misal jajanan-jajanan dalam kemasan, minuman gelas, semacam itu. Tentu itu saja tidak cukup untuk memenuhi hasrat jajan anak-anak disini. Karena anak-anak dimanapun sama, suka makan. Maka Jek-jek jadi penyelamat. Terkadang ia disebut titut-titut karena bunyi yang dihasilkan oleh terompet yang ada di dekat setang sepeda motornya. Jek-jek ini menjual jajanan sederhana, dalam sepeda motornya yang dimodifikasi ia membawa tahu isi, sosis goreng, bakso ikan, kerupuk dan es tung-tung. Bukan makanan yang istimewa sebetulnya. Namun disini, disaat makanan-makanan seperti itu jarang didapat jualan Jek-jek jadi istimewa.

Jam istirahat di sekolahku dimulai pukul 9 sampai dengan 10, namun seringkali jek-jek baru tiba di sekolah kami pukul 11. Dan tanpa bisa ditahan anak-anak akan menghambur keluar begitu mendengar bunyi titut-titut meski jam istirahat telah usai. Kami para guru membiarakan saja hal itu. Karena kami tahu betapa anak-anak ini menanti kedatangan Jek-jek, betapa mereka menyisakan uangnya untuk membeli kerupuk dan es yang dijual jek-jek. Meski Jek-jek datang terlambat, kedatangannya selalu dinanti.

Satu yang pasti, penatian yang anak-anakku berikan untuk Jek-jek berbanding lurus dengan usaha Jek-jek untuk selalu hadir menemui mereka. Tak peduli hujan, Jek-jek akan tetap datang kesekolah dan penantian anak-anak pun terbayarkan meski ia jadi amat basah kuyup. Jek-jek mungkin hanya bermaksud mencari nafkah, tetapi sungguh yang dilakukannya lebih dari itu. Ia membawa kebahagiaan dengan jajanannya. Pernah, saat kami menonton sebuah film keluarga mengenai Natal, seorang anak menyamakan Jek-jek dengan Sinterklas. Masuk akal bukan? Jek-jek dan Sinterklas sama-sama dinanti dan kedatangannya membawa kebahagiaan. Bedanya mungkin Sinterklas tidak pernah datang terlambat. Jadi, untuk kamu yang datang terlambat, tenang saja terlambat bukan berarti tamat.


Cerita Lainnya

Lihat Semua