"Ibu Pacak Berenang Idak?"

Raras Mulat Sari 1 November 2015

"Ibu pacak berenang idak?" adalah pertanyaan yang paling sering diulang anak-anak ketika saya awal ditempatkan di desa Kepayang. 

"Ibu dak pacak berenang dak," jawabku selalu sama karena memang saya belum bisa berenang.

Anak-anak selalu memberi saran agar saya segera bisa berenang. 

"Ibu makan udang mentah be biar pacak."

"Makan udang mentah bu, tapi harus yang masih hidup nian. Kagek kalau udangnyo nak berenang, kito jugo melok berenang."

"Aman adek aku bu, biso dewek, dak makan udang dak."

"Kagek aku ajari be sampai ibu pacak berenang."

 

Sejujurnya tantangan tersendiri bagi saya yang tidak bisa berenang, adalah ditempatkan di daerah perairan seperti ini. Setiap ke sekolah harus menyeberang sungai bersama anak-anak menggunakan kethek. Awal-awal di desa dulu masih deg-degan sekali ketika berada di atas kethek, apalagi ketika ada gelombang besar. Sekarang sih sudah biasa, sudah hafal jam pasang surutnya air sungai. 

Anak-anak sini, hampir semuanya bisa berenang, bahkan anak-anak di bawah lima tahun. Tidak heran, karena mereka besar bersama air sungai. Mandi di sungai, cuci-cuci di sungai, buang air di sungai, hingga bermain di sungai. Sungai bagi mereka layaknya taman bermain yang paling seru dan menyenangkan dan penuh tantangan. 

Seperti anak-anak itu, ada saja yang ingin mereka tunjukkan ketika sedang bermain di sungai. 

"Bu, foto kamek bu... Kamek nak salto."

"Bu, jingok kamek berenang bu..."

"Bu, kamek nak nyanyi bu..."

"Bu, kamek jingok, kamek habis nangkul udang."

"Bu, kamek pernah dapet ikan besak nian bu disini."

Hai anak-anak kesayangan, tetaplah bermain dan berbahagia bersama hal-hal sederhana yang kalian miliki!


Cerita Lainnya

Lihat Semua