Mengajar, Sebuah Pengabdian atau Pekerjaan

Ramadhani 14 Oktober 2017

Tulisan ini hanya sekedar buah pikiran yang kalau tidak disalurkan akan membuat kepala menjadi lebih pusing. Saat ini telah memasuki bulan ke empat di lokasi penempatan sebagai seorang pengajar muda dan kurang lebih telah menjadi guru memasuki bulan ketiga. Belakang ini belajar lagi sesuatu yang baru, apakah mengajar untuk mencerdaskan itu adalah sebuah pengabdian atau hanya sebuah pekerjaan seperti pekerjaan yang lain, atau bahkan keduanya?.

Ketika berdiri di depan kelas untuk bercerita atau menjelaskan sesuatu yang baru bagi anak-anak merupakan sesuatu yang menyenangkan (pasti teman-teman yang sudah sering berdiri di depan kelas paham akan perasaan ini). Apalagi ketika melihat mata mereka saat menunjukan “Oo…” atau yang dulu ketika pelatihan disebut dengan “Aha! Moment”. Momen ini menjadi penyemangat untuk terus berbagi, memperbaiki diri agar dapat memberikan pengetahuan yang baru bagi anak-anak. Ingin rasanya melihat anak-anak mendapatkan “Aha! Moment” disetiap kali masuk mengajar.

Melihat fenoma seringnya guru tidak masuk mengajar di lokasi penempatan membuat diriku bertanya-tanya, apakah mereka tidak pernah merasakan sensasi dari “Aha! Moment”?. Kadang dalam sepekan ada guru yang tidak masuk sama sekali itupun, kalau masuk hanya dua atau tiga kali dan hanya memberikan catatan (memberi catatan di tempat ini merupakan primadona dalam metode mengajar). Namun ketika masa gajian tiba, semua berbondong-bondong untuk ke kota untuk mengambil gaji secara utuh (bahkan seorang tukang pun harus masuk kerja “full time” baru mendapat upah). Menjadi guru hanya dipandang sebagai salah satu jalan untuk memperoleh uang.

Diriku masih tidak mengerti, apa yang salah dengan rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh para guru di tempat ini. Sebagai seorang pengajar muda, hanya ada satu pikiran yang terlintas ketika melihat fenomena ini, “bagaimana cara memperbaiki situasi ini?”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua