Kerja Bakti

Ramadhani 20 Januari 2018

Di awal tahun pelajaran, kerja bakti merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan di sekolah-sekolah (termasuk sekolahku ketika saya masih SD). Dari kegiatan kerja bakti ini dapat melatih kerja sama antar anak, inisatif, dan rasa cinta terhadap lingkungan. Saya juga pernah mendengar cerita bahwa anak-anak Papua adalah anak-anak yang sulit untuk diajak kerja bakti (saya lupa mendengar cerita ini dari mana).

Ketika itu suasana sekolah masih sepi karena anak-anak masih terbiasa untuk “menambah libur” di luar jadwal libur yang telah ditetapkan. Setelah memukul lonceng tanda masuk dan mengumpulkan mereka untuk apel pagi seperti biasa, briefing pagi pun dimulai.

“Hari ini kitong kerja bakti ya, bisa?” tanyaku pada anak-anak.

“Bisa bapak guru.” Jawab anak-anak.

“ Nanti anak-anak Kelas 1,2, dan 3 di sebelah darat dan 4,5, dan 6 di sebelah laut, bisa?” Tanyaku lagi.

“Bisa bapak guru.” Jawab anak-anak lagi.

“Sebagai bonus, nanti bapak kasi menonton kalau sudah selesai (waktu itu kasi nonton Spiderman).” Janjiku pada anak-anak.

“Hore!!” Teriak anak-anak.

“Itu sudah, Bubar jalan!!” Perintahku.

Anak-anak pun mulai mencabut rumput. Beberapa anak-anak yang rumahnya dekat berinisiatif untuk pulang mengambil peralatan seperti parang dan pisau dapur (entah mengapa barang ini bisa muncul di kerja bakti kali ini). ketika rumput-rumput yang dicabut mulai banyak, saya pun meminta dua anak untuk mengambil tempat sampah.

“Kalian tolong ambil tempat sampah.” Kataku pada dua anak tersebut (maaf saya lupa namanya).

“Iya pak guru.” Jawab mereka.

Ketika tempat sampah datang, beberapa anak-anak berinisiatif untuk mulai mengumpulkan sampah dan membuang ke bak penampungan sampah. Beberapa anak-anak yang lain berinisatif mengambil alat untuk menggaruk tanah (saya tidak tahu nama alat tersebut, tapi disini biasa disebut “pagaru-garu tanah”) untuk merapikan tanah yang telah dicabuti rumput (kebetulan tanah di sekolah kami sedikit berpasir).

Kerja bakti berlangsung hingga pukul 10.00 pagi dan lapangan sekolahpun menjadi bersih. Rupanya stigma negatif yang pernah kudengar bahwa anak-anak Papua tidak dapat diajak kerja bakti adalah salah total. Walaupun metode yang digunakan untuk mengajak anak-anak tersebut masih ada unsur reward (terbukti dari janji menonton film), tapi setidaknya jika dilakukan pendekatan yang benar ke anak-anak maka kita dapat mengajak mereka untuk melakukan pekerjaan yang besar. Kegiatan ini adalah salah satu pengalaman terbaik yang saya peroleh selama penempatan ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua