info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tim Bakalahi

Ramadhani 20 Januari 2018

Perkenalkan tiga orang siswa kelas empat SD YPK Solagratia Marau. Yang paling ujung kiri adalah Demianus Rirei, yang di tengah adalah Roni Melianus Tata, dan yang paling ujung kanan adalah Jeremias Tata. Ketiga anak ini merupakan bagian dari “Tim Bakalahi” yang tidak sengaja tercipta dari suatu perkelahian anak-anak. Eits, tunggu dulu jangan berpikir negatif dulu ya tentang “Tim Bakalahi” ini.

“Tim Bakalahi” ini merupakan anak-anak yang membantu saya dalam menengahi anak-anak yang berkelahi di sekolah ini. Jadi waktu itu ceritanya sekumpulan anak-anak kelas empat sedang bermain “tawuran”. Entah mengapa permainan jenis ini cukup lazim di tempat ini (saya juga sudah lupa apakah waktu kecil juga sering bermain permainan ini atau tidak, hehehehe). Cerita berlanjut, entah mengapa permainan ini berubah menjadi ajang perkelahian sesungguhnya oleh Demianus dengan salah seorang temannya hingga mulut Demianus berdarah.

Saya pun mendatangi Demianus dan menanyakan penyebab dia menangis dengan mulut berdarah (waktu itu ditangani dulu lukanya, baru ditanya).

“ Ko kenapa menangis?” Tanyaku pada Demianus.

“Sa dipukul xxx (maaf nama temannya saya lupa, hehehehe)” jawab Demianus masih dalam keadaan terisak.

Saya pun memanggil si xxx ini dan menanyakan mengapa memukul si Demianus hingga berdarah. Si xxx pun menjawab dan membela diri bahwa mereka hanya bermain dan sampai kelewatan batas hingga mereka berdua berkelahi betulan (detail perbincangan yang terjadi saya sudah lupa dan pasti sangat panjang jadi disingkat saja, tapi inti perbincangan kami seperti itu kurang lebih). Akhirnya saya menyuruh mereka berdua berdamai dan bersalaman tangan.

“Kalian suka sekali bakalahi, kalau ada yang luka bagaimana? Sapa mau bertanggung jawab? Kalau ada yang luka seperti ini sapa yang mau obati?” tanyaku kepada gerombolan anak kelas empat yang tadi bermain “tawuran”.

“ …” jawab gerombolan anak kelas empat tersebut.

“Kalau kalian bakalahi lagi, bapak apakan kalian?” tanyaku pada mereka lagi.

“Lipat (pukul pakai telapak tangan) kitong sudah bapak guru.” Jawab salah seorang dari gerombolan tersebut (saya lupa siapa oknum ini).

“Bapak tara mau lipat kalian, kalau bapak lipat kalian nanti kalian step (pingsan maksudnya).” Jawabku.

“Jadi bagaimana?” Tanyaku lagi.

  “…” jawab mereka.

“Bagaimana kalau nanti ada yang berkelahi kalian yang kasih pisah?” Tanyaku lagi menawarkan solusi (waktu itu entah kenapa teringat akan materi “Posisi Kontrol” ketika pelatihan, hehehehe).

“Iyo bapak guru.” Jawab mereka.

Selang beberapa hari kemudian, ditengah jam istirahat saya dipanggil oleh beberapa anak kelas empat dan memberitahukan kalau sedang ada anak yang berkelahi (saya lupa oknumnya siap dan kelas berapa). Ketika tiba di TKP (biar keren sedikit), telah terlihat Demianus dengan beberapa rekannya (termasuk dua orang yang di foto tersebut) telah berada di tengah kerumunan penonton.

“Sapa lagi yang berkelahi” Tanyaku pada kerumunan itu.

“ yyy dan zzz yang berkelahi bapak guru” Jawab Demianus.

“ Sa su kasi pisah terus suruh damai tapi dorang tara mau” Sambung Demianus.

Dalam benakku tiba-tiba terlintas kejadian beberapa hari yang lalu ketika meminta komitmen si Demianus dan beberapa rekannya. Rupanya anak-anak ini masih dapat diserahi tanggung jawab untuk hal-hal seperti ini. Akhirnya saya berusaha mendamaikan dua anak yang berkelahi tersebut. Setelah berhasil mendamaikan, diriku pun berterima kasih kepada Demianus dan timnya yang berusaha mendamaikan teman-temannya yang berkelahi. Semenjak saat itu, kalau kuperhatikan Demianus dan timnya berusaha untuk mendamaikan setiap perkelahian yang mereka temui. Kegiatan ini adalah salah satu pengalaman terbaik yang saya peroleh selama penempatan ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua