info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Ribut-ribut Soal Kurikulum

R. Dhimas Utomo 19 Januari 2013

Tentang the upcoming curriculum, kepada sebuah media Pak Anies Baswedan pernah bilang begini; "This will not be an easy job. They (teachers) are not ready to deliver the existing curriculum, let alone the new one"

Faktanya memang demikian. Wadankou contohnya. Bagi kami guru-guru di Wadankou, gap itu rasanya terlalu jauh. Wadankou yang terletak di ujung utara Kepulauan Tanimbar, tidak terjangkau oleh sinyal dan suplai listrik PLN. Untuk menuju ke sana, diperlukan waktu kurang lebih 24 jam perjalanan dengan kapal dari ibu kota kabupaten di Saumlaki. Jika laut sedang baik, jadwalnya 2 kali dalam sebulan. Tapi jika gelombang sedang tinggi, mungkin hanya sekali sebulan. Beberapa kriteria itu sudah cukup untuk menjadikan Wadankou berstatus definitely remote.  

Keterpencilan secara geografis itu, sayangnya juga diikuti oleh keterpencilan-keterpencilan yang lain. Contoh, KTSP yang sudah launching sejak tahun 2006 lalu, ternyata belum seutuhnya dipahami oleh para guru sampai hari ini. Bahkan, ketika ditanya apa kepanjangan KTSP, sebagian besar tidak mampu menjawab. Maka, menjadi lumrah jika kemudian implementasi kurikulum tidak sempat menyentuh daerah-daerah yang menyandang status definitely remote itu tadi.

Dan, berita yang kami dengar belakangan ini membuat kami agak resah. Kurikulum lama yang masih menjadi barang baru bagi kami, akan digantikan oleh sesuatu yang lebih baru lagi. Tentu kebijakan tersebut telah dikaji secara cermat oleh ahlinya, namun terlepas dari lebih kurangnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kebijakan baru itu justru akan membuat kami semakin gagap kurikulum.

Jika kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana, pengaturan, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, maka sudah pasti kami akan menjadi semakin terpencil dari tujuan pendidikan itu sendiri. Jika rutenya saja tidak tahu, tentu tidak akan sampai kepada tujuan.

Menyikapi hal itu, kami tidak ingin ribut-ribut ini dan itu. Semoga, ketertinggalan kami ini justru akan memacu kami untuk terus berlari lebih kencang, sekuat tenaga. Semoga pula, dengan kemauan belajar yang tinggi, kami mampu mengimbangi laju perkembangan kebijakan nun jauh di sana.

 

Saumlaki, 19/1/13

-USD-


Cerita Lainnya

Lihat Semua