Kilon, the Great Escape
R. Dhimas Utomo 28 September 2012Hari itu adalah hari ke-95 sejak kedatanganku di Wadankou. Hiruk pikuk persoalan di sekolah hari itu terasa lebih rumit dari biasanya. Sengatan matahari pesisir menambah panas suasana hati.
Sampai di rumah, aku berbaring di kasur sambil menatap langit-langit, lalu merenung. Tidak lama, mulai terdengar suara ribut ciri khas anak-anak, pertanda mereka sudah datang di rumah. Biasanya, mereka datang ke rumahku setelah pulang sekolah untuk membaca buku atau hanya bermain-main saja, hingga sore hari. Lalu, malam hari mereka datang kembali untuk belajar, dan tidur bersama-sama denganku. Di pagi hari, aku berjumpa kembali dengan mereka di sekolah. Saat ini, aku sudah mulai terbiasa dengan siklus hidup seperti itu. Tapi di awal, hal itu tidak mudah. Ingin rasanya melarikan diri sejenak, memberi waktu untuk diri sendiri. Aku butuh me time!
Dalam situasi seperti itu, Kilon menawarkan jawaban. Dahulu kala, Kilon adalah sebuah desa, bersebelahan dengan Wadankou, berjarak kira-kira 30 menit dengan berjalan kaki melewati pantai dan hutan bakau. Sejak beberapa tahun silam, Kilon sudah ditinggalkan oleh penduduknya dan menjadi sunyi, hanya ada dusun kelapa. Meski begitu, ada satu keluarga yang tinggal di Kilon, yaitu Bapak Ot beserta anak dan istrinya. Bapak Ot ini sebenarnya warga desa Wadankou, tetapi lebih sering tidur di Kilon untuk mencari ikan. Di Kilon, ikan memang melimpah ruah. Mulai dari kerapu, bobara, hingga cakalang, semua ada.
Di Kilon, Bapak Ot dan keluarganya tinggal di sebuah rumah bambu sederhana. Disitulah biasanya aku melepas penat. Tetapi lebih sering aku memilih melewatkan malam dengan tidur di pasir, menggunakan sleeping bag. Kebiasaan lain yang sering aku lakukan di Kilon adalah tiduran di pasir sambil memandang bintang di langit yang tak terhitung jumlahnya, sama halnya dengan jumlah pasir di pantai. Kilon juga menawarkan kenikmatan lain, yaitu ikan bakar lengkap dengan colo-colo. Aku juga sering membuat minuman coklat panas, untuk mengusir angin laut yang dingin. Bagiku, Kilon menjadi tempat untuk memanjakan diri, sekaligus tempat yang penuh inspirasi, dimana seringkali jawaban atas persoalan-persoalan ditemukan di situ.
Pagi-pagi sekali, ketika matahari belum terbit, aku sudah berjalan pulang menuju Wadankou, dengan hati dan pikiran yang lebih fresh, serta hasil tangkapan ikan yang mebanggakan. Itulah Kilon, the great escape.
Kilon, 8/9/12
-USD-
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda