Tak Semua Berakhir Bahagia

Putri Rizki Dian Lestari 5 Februari 2012

Tidak Semua Berakhir Bahagia Teman, banyak cerita yang tidak sempat ku tulis dalam blog, bahkan tidak sempat ku ceritakan pada teman-teman ku sesama Bala Bawean atau keluarga terdekat karena sudah tertimpa dengan kisah lain yang tak kalah menarik. Kadang cerita itu penuh haru, penuh liku, penuh tawa, tapi cerita yang satu ini tidak berakhir bahagia.

Libur hari raya, aku mengajak anak-anak pergi ke pantai, kami patungan menyewa kol tetangga, sekedar untuk menggati bensin sebenarnya, beberapa orang tua ikut. Berhubung penumpang terlalu banyak, atap kol dibuka sehingga kol berubah wujud menjadi mobil bak terbuka. Dengan riang gembira kami duduk sila diatas kol, menuju Pantai Labuhan. Tak lupa semua membawa bekal nasi dan ikan mentah yang siap dibakar.

Perjalanan penuh canda tawa, sepanjang jalan anak-anak bernyanyi, mulai dari lagu “Di sini senang disana senang” sampai lagu-lagu perjuangan, Garuda Pancasila, Maju Tak Gentar bahkan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Sepanjang jalan orang heran melihat kami yang tetap ceria diterpa angin sepanjang jalan.

Sampai ditepi Pantai, anak-anak meloncat gembira, ada yang membuat istana pasir, berenang atau melukis diatas pasir. Ibu-ibu segera memasak Ikan, cukup bekal korek api, dengan sigap mereka mengambil daun dan kayu bakar. Ikan bakar dengan sambal cabai garam akhirnya nikmat tersaji. Anak-anak menyerbu, semua terasa lapar setelah setengah hari bermain dengan ombak.

Pulangnya semua sepakat melihat lapangan terbang yang belum jadi, pemandangan disana memang sangat indah. Seorang anak ku memberikan ku tananman berbentuk biji kecil dan bulat yang tersusun cantik berwarna merah kuning dan hijau. Aku terharu dan mengucapkan terima kasih, cantik sekali.

Ditengah perjalanan pulang dari lapangan terbang hujan deras mengguyur, deras sederas-derasnya, kami semua basah kuyup, anak-anak mulai rewel kedinginan dan tak tahan ingin buang air kecil, akhirnya aku minta kepada pengemudi untuk mampir di rumah salah satu guru yang kami lewati, perjalanan ke dusun masih butuh waktu 1 jam lagi. Aku pun juga butuh kamar mandi. Tak lama, sebagian besar anak mulai merasakan apa yang aku rasakan, pantat mulai gatal-gatal, benar-benar gatal teman, kami pun serempak menggaruk.

Usut punya usut ternyata penyebab gatal kompak adalah tanaman cantik yang diberikan salah seorang anakku. Tanaman itu mulai rontok begitu terkena hujan, buah-buah kecil yang rontok terinjak dan terkena air. Itulah yang menyebar keseluruh kol dan membuat semua pantat terasa gatal. Bahkan setelah sampai dan mandi, si gatal tak mau pergi. gatal-gatal itu berlangsung 2 hari.

Akhir cerita ini memang tak bahagia, tapi cerita ini tetap menjadi kenanagan terindah. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua