Surat-surat Bunda

Putri Rizki Dian Lestari 2 April 2012

Sebelum aku cuti beberapa waktu lalu, aku mengajak siswa-siswaku pergi ke kantor pos, mereka belajar tentang perangko dan cara mengirim surat. Akhirnya surat ditujukan kepada aku dengan alamat rumah ku di Bekasi. Karena keterbatasan waktu, satu anak hanya bisa menuliskan satu kalimat dan ia tanda tangani. Jadilah surat itu hanya sederetan kalimat sapaan “halo, ibu Putri!” atau “Apa kabar ibu di rumah?” atau “salam untuk bapak ibunya ibu” beserta sederatan tanda tangan yang lucu-lucu. Ternyata sampai selesai masa cutiku, surat itu tak kunjung tiba.

Beberapa hari setelah aku di Bawean, mama mengabarkan bahwa surat itu telah sampai komentar mama : “Kak, suratnya kok kayak parade tanda tangan sih?” hahaha dan aku ceritakan kisah lengkapnya. Akhirnya mama membalas surat-surat itu kepada semua yang membubuhi tanda tangan. Tak sekedar surat, mama juga membuat amplop surat yang ada foto-foto mereka. Semua siswa ku senang bukan kepalang.

Ternyata mereka membalas surat itu. Dalam suratnya, Ica menceritakan bahwa ia juara satu, ia juga menceritakan hobinya dan cita-citanya. Ia bertanya kapan mama datang ke Bawean. Mama membahasakan dirinya sebagai Bunda, jadi beberapa hari ini sering ada pertanyaan  “Bu, kapan bunda akan datang?” pertama-tama aku bingung, bunda siapa yang mereka maksud. Kala itu dahi ku mengkerut dan bertanya “Bunda???” dan mereka jawab “Iya bunda... Emaknya Ibu!” dan o panjang keluar dari mulutku.

Ketika Nain tidak lolos OSK, dia mengirim surat pada Bunda, ia ceritakan segala rasa sedih dan kecewanya. Akhirnya surat itu aku tulis ulang dan ku kirim via email agar tak terlalu lama sampainya. Taknya bercerita tentang kesedihannya, Nain juga berjanji akan memasakkan makanan spesial saat Bunda datang kesini.

Bunda berencana akan datang di bulan mei. Anak-anak ku juga telah merencanakan mau membawa sang Bunda kemana saja. Kandang Rusa, Pantai Labuan, sampai Gunung Tiling. Semangat mereka ini sedikit ku manfaatkan untuk memacu belajar mereka. Mama ku akan datang persis setelah Ujian Nasional, aku katakan pada mereka harus belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh jangan sampai ketika Bunda bertanya berapa nilai ujiannya ada yang menjawab empat atau lima, malu kan? Dan mereka bilang “iya ya bu” sambil senyum-senyum.


Cerita Lainnya

Lihat Semua