Mereka Membayarnya

Putri Rizki Dian Lestari 25 Maret 2012

Nilai UAS anak-anakku semester satu kemarin cukup membuatku gelisah, rata-rata nilai hampir semua mata pelajaran berkisar antara 1-4. Remedial besar-besaran pun dilaksanakan dan tidak pula menunjukkan hasil yang signifikan. Tapi awal semester dua ini, mereka membayarnya. Nilai UTS mereka bisa membuatku tersenyum, bahkan nilai try out mereka.

Saat aku mengoreksi hasil try out Bahasa Indonesia mereka. Aku cukup takjub, tidak ada yang berasa di bawah angka 5. Bahkan seorang anak yang dulunya tak mau berbahasa Indonesia, minggu lalu dia sudah bisa bercerita tentang buku kesukaannya. Begitu pula dengan anak yang sangat pendiam, konon hampir tak pernah bicara di dalam kelas sejak kelas 4 SD, beberapa waktu lalu mau berperan sebagai pembaca berita. Melihat setiap proses itu berlangsung, membuatku tak henti-hentinya mengucap syukur.

Keesokkan harinya, aku mengoreksi try out IPA dan lagi-lagi mereka mengejutkan ku dengan nilai di atas  lima. Dan dapat ku jamin 100% tidak ada satu pun dari mereka yang menyontek atau melihat buku. Mereka selalu bangga dengan kalimat “Biar jelek yang penting kerjaan sendiri, ya kan Bu?” dan terakhir adalah Matematika, masih ada yang mendapat 4, tapi aku menyaksikan sendiri kegigihan mereka berhitung sampai detik terakhir, bukan berhenti di tengah jalan dan menyerahkan diri pada keberuntungan.

Kegigihan mereka datang les persiapan UN tiap malam terbayar, mengejar ketinggalan mata pelajaran kelas 4 sampai kelas 6 tidak lah mudah, tapi mereka lakukan. Mereka menjalani bukan tanpa keluhan, tapi tetap menjalani. Mata pelajaran lain? lebih memuaskan. Rata-rata mereka mendapat 7 untuk IPS bahkan ada yang mendapat nilai 8. Begitu pula bahasa Inggris.

Ternyata, ada yang lebih terkejut dari pada aku, yakni guru-guru. Mereka hampir tidak percaya dengan ucapanku saat ku laporkan anak-anak bisa mencapai angka 8. Menurut mereka, biasanya menembus angka 3, sudah dibilang prestasi.

Aku sungguh menikmati jatuh bangunnya proses ini. Semoga semangat mereka tak pernah pudar, bisa menjadi mengerjakan soal-soal UN dengan maksimal. Semoga soal-soal UN bisa benar-benar menjadi standar bagi seluruh anak di Kab. Gresik, termasuk yang ada di Bawean. Bukan standar anak kota yang memiliki fasilitas internet dan televisi dan bimbingan belajar ternama. Bukan pertanyaan yang berada di luar jangkauan pengetahuan mereka, melainkan pertanyaan yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mereka.

Hari ini aku katakan pada mereka “Ibu bangga dengan kalian dan kerja keras kalian”


Cerita Lainnya

Lihat Semua