Dila dan Buku Sponge Bob Berbahasa Inggris.

Putri Rizki Dian Lestari 25 Maret 2012

“Hoy, ayo bantu ja ibu na bawa buku sa sak dari Kepoa rea” (Hey, ayo bantu, ibu bawa buku sekarung dari Kepu)  seorang anak berteriak melihatku turun dari kol membawa kardus berisi buku-buku dari Penyala, sejak pagi mereka memang sudah menunggu, saat aku pamit mau mengambil buku di Desa. Buku-buku Penyala memang beberapa kali tertahan. Yang pertama tertahan di Kabupaten Gresik karena satu-satunya kapal menuju Bawean sedang diperbaiki, lalu tertahan di rumah Lasti di dekat kecamatan. Setelah itu tertahan di desa karena jalan menuju Dusun Tanah Rata sedang diperbaiki. Begitulah perjalanan panjang buku-buku Indonesia Menyala menuju tangan-tangan kecil ini.

Ketika aku katakan bahwa buku-buku baru sudah sampai di Desa, hampir setiap hari mereka bertanya, pertama-tama pertanyaannya adalah “kapan Ibu mau ambil bukunya?” aku jawab “nanti ya, kalau kol sudah bisa lewat lagi, kan jalannya masih dibetulkan” lalu pertanyaan selanjutnya adalah “kapan jalannya selesai dibetulkan?” aku jawab “ibu tidak tahu, mungkin seminggu lagi” keesokan harinya mereka mengulang pertanyaan dari awal, aku jawab pula dengan sabar, hari ketiga mereka bertanya lagi dari awal jawaban ku berubah “Kan, kemarin sudah ibu kasih tahu, kok tanya lagi?” dengan riang mereka tertawa “oh iya yah... heheh”.

Percaya atau tidak, hari keempat mereka bertanya lagi “Ibu, kapan mau ambil bukunya?” aku tarik nafas panjang dan tersenyum penuh arti entah mereka mengerti atau tidak, yang pasti aku mulai menyesal memberi tahu bahwa mereka akan punya buku baru. Belum sempat aku menjawab mereka menjawab sendiri dengan pertanyaan lain “Masih belum bisa lewat kolnya ya bu?” aku mengangguk sedikit lega karena aku tidak lagi merasa déja vu. Tiba-tiba “kalau angkot sudah bisa lewat kapan mau diambil?”  haduuuh, ampuuun DJ

Akhirnya penantian panjang anak-anak ini usai, tas berputar dengan logo Indonesia Mengajar di bagian depan langsung dikerubuti anak-anak, tasnya saja sudah membuat mereka terkagum-kagum (termasuk aku sebenarnya). “Hadaaah... gagahna ibu!” (Aduuuh, bagusnya bu!). begitu bukunya dibuka langsung satu-satu dikeluarkan dan dilihat isinya. Mereka ngomong satu-sama lain yang sudah tak bisa diikuti kemampuan Bahasa Baweanku. Yang kudengar adalah banyak “Hadaaaaah...”

Dila, kelas 4 SD, matanya langsung tertuju pada buku bergambar Spongebob dan Patrik “Hadaah, Spongebob sama Patrik rai, libur na!” tapi senyumnya langsung berubah manyun saat lihat isinya yang berbahasa Inggris, “Yaaah ibu, pake bahasa inggris, bu, tak paham eshon!” lalu dia ngomong sendiri pakai bahasa Inggris asal-asalan, persis seperti ketika aku dan Bala Bawean mengarang bebas bahasa Bawean saat pelatihan dulu.

Lalu aku bilang padanya “Dil, kan ada gambarnya, coba dila bikin cerita dari gambarnya Dil, kira-kira apa ceritanya?” matanya melebar seperti mendapat ide gemilang, ia mengangguk dan membalikkan badan. Lalu dia bercerita dalam bahasa Indonesia tentang gambar itu, sesekali ia menjadi Patrik atau menjadi Spongebob, ketika menjadi Spongebob suaranya sedikit dikecilan dan serak, ketika menjadi Patrik suaranya berat, persis seperti dubber Spongbob di televisi. dia asyik bercerita terus sampai akhir gambar, tidak ada temannya yang memperhatikan karena semua asyik pada buku pilihannya masing-masing, tapi aku memperhatikan, dan Dila membuatku takjub dengan caranya bercerita. Walau setelah ku baca, cerita versi Dila dengan yang asli jauh berbeda, tapi itu semakin membuatku takjub.

Terima kasih untuk Para Penyala Bawean : Evi, Yenni, Maya, Cinta, Andri, Chendra dan Sugi. Cuma Tuhan Yang Maha Kuasa yang mampu membalas semua ketulusan kalian J


Cerita Lainnya

Lihat Semua