Balada Kelas Baru
Putri Rizki Dian Lestari 8 Januari 2012Senang tak terkira anak-anakku melihat sebuah kelas akhirnya berdiri di lingkungan sekolah kami. Didalamnya juga ada bangku dan meja baru yang mengkilap oleh pernis coklat. Semuanya terbuat dari kayu jati. Tak usah heran, kayu jati melimpah di pulau ini. Laila yang telah mengecek keseluruhan kelas termasuk mebel-mebel melaporkan padaku “Ibu bangkunya ibu enak bantal empuknya” maksudnya adalah ada busa.
Hari jumat seusai olah raga dan latihan upacara, anak-anak kelas 4, 5 dan 6 membereskan ruangan kelas baru. Ketika kami membuka ruangan kelas ada air menggenang disana. Entah karena tampias dari jendela atau memang bocor, sang kelas baru tergenang air. Dengan sigap anak-anak menyapu lantai tanpa keramik itu. Lalu memindahkan meja dan bangku dan membersihkan genangan air dengan sapu lidi. Tiba-tiba Dila menjerit sekuat-kuatnya, aku menengok Dila dan ia baik-baik saja, hanya kakinya melompat-lompat diatas kursi. “Ada apa Dil?” serentak yang lain menjawab “Dila dilompati Laba-laba tanah ibu” ku lihat sang laba-laba sudah ada di jendela. Ya, sebuah laba-laba besar, bisa dibilang mini Tarantulla. Konon laba-laba jenis ini menyengat dan berbisa. Akhirnya drama Land Spiderman (bikin istilah sendiri) berakhir.
Usai membersekan kelas, kami duduk di kursi dan meja baru “Siapa yang punya kursi kayak ibu?” aku bertanya pada mereka yang memang sudah sejak aku datang membahas topik kursi empuk ini. Mereka menjawab “Aku bu, boleh tukar dengan ibu kursinya?” pertanyaan ini membuatku tertawa terpingkal, aku menjawab “hmmm... enak aja...” sambil tertawa dan diikuti tawa mereka “kalau mau duduk di kursi empuk kayak ibu, sekolah yang rajin, nurut sama Bapak Ibu guru dan emak bapak, kalau cita-cita kalian tercapai pasti duduk di kursi empuk” mereka mengangguk-angguk.
Linda menantap langit-langit, sekolah baru kami ini tak dipasangkan enternit, jadi konstruksi kayu, besi dan lain sebagainya nampak jelas diatas kepala, “Ibu, seram sekali atapnya, aku takut kejadian lagi kayak Yuyun” kata Linda. Melihat ekspresi bertanya-tanya di jidatku, langsung mereka lanjutkan “Waktu, Yuyun kelas 5 bu, Yuyun tertimpa balok kepalanya, kepalanya bocor darahnya banyak ibu sampai ke baju-baju” aku lemas menatap langit-langit. Sejujurnya aku, memang agak takut sejak pertama kali melihat isi bangunan baru ini. Tapi teringat pesan ibuku “Pikiran jelek, bantai pake doa, Kak” aku pun mengajak mereka berdoa semoga tak ada hal buruk menimpa. Lalu kami pulang, tak sabar pakai kelas baru besok siang.
Keesokan harinya, kami bersama-sama membuka ruang kelas baru. Jeng....jeng.... genangan air semakin parah, karena memang hujan semalam deras sekali. Kami pun kerja bakti lagi dan baru mulai belajar. Balada kelas baru tetap dicintai anak-anak dengan segala kekurangannya.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda