Sumber Kebahagiaanku di Desa Pepera

PriscillaDeni 1 April 2016

Tiga bulan sudah, waktu berjalan begitu cepat. SD Inpres Pepera, Pegunungan Bintang, Papua, tempat saya mengajar sebagai wali kelas 2. Satu-satunya SD di Distrik Pepera yang terletak di pusat distrik yakni desa Abipasek, berbatasan langsung dengan Negara tetangga, Papua Nugini. Distrik Pepera terdiri atas 7 desa yakni Junmukul. Wobakon, Oktelabe, Okbon, Denom, Bonjakwol dan Pepera (Abipasek). SD Inpres Pepera sekolah kami tempat belajar ratusan siswa dari ketujuh desa tersebut merupakan SD satu-satunya di distrik Pepera. Hal yang mengagumkan dari anak-anak SD Inpres Pepera, walaupun jarak desa mereka menuju sekolah sangat jauh (kira-kira 1 jam), dengan medan yang berat dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki tidak menyurutkan derap langkah kaki mereka yang tak beralaskan kaki menuju sekolah.

Pertama kali saya mengajar di kelas, anak-anak masih malu-malu. Saat saya ingin berkenalan dengan mereka, suara mereka begitu kecil hinggal akhirnya saya meminta mereka menuliskan nama mereka masing-masing di papan tulis. Mereka juga belum berani maju ke depan ketika saya meminta salah satu dari mereka memimpin doa atau mengerjakan soal di papan tulis. Bahkan, saat memberi latihan untuk dikerjakan di buku masing-masing mereka sangat takut membuat kesalahan sehingga memilih melihat pekerjaan teman mereka. Namun, saya selalu menekankan kepada mereka untuk berani mencoba dan tidak takut jika melakukan kesalahan. Untuk menyulut keberanian mereka, saya membuat papan keberanian. Setiap kali mereka berani melakukan sesuatu, saya menempelkan bintang di samping nama mereka. Hasilnya mereka bersemangat mengumpulkan bintang dan dalam waktu 3 bulan mereka menjadi pemberani-pemberani cilik.

Sekarang di kelas, saya tidak perlu bingung lagi mencari sukarelawan yang mau memimpin doa, bernyanyi ataupun mengerjakan soal. Malah sejujurnya, saya cukup kewalahan karena tanpa perlu ditanya, anak-anak sudah berteriak, “Saya mau, Ibu Guru!” Begitu pula ketika kelas kami mendapat giliran menjadi petugas upacara, semua anak bersemangat menjadi petugas hingga saya harus menjanjikan beberapa anak untuk mendapat kesempatan pada giliran selanjutnya. Mereka sekarang juga tidak malu-malu lagi mengungkapkan keinginan mereka. Saat jam istirahat atau sepulang sekolah mereka seringkali mendatangi saya dan berkata, “Ibu Guru, saya mau belajar dengan Ibu Guru!”.

Melihat semangat dan keberanian mereka adalah salah satu sumber kebahagiaan saya di Distrik Pepera.


Cerita Lainnya

Lihat Semua