info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

New Home

Petra Aprillia Monica 20 Juli 2012

Inilah aku, terdampar di sebuah desa bernama Paradowane, Kecamatan Parado yang katanya berarti paradise atau surga. Sebuah kecamatan di sebelah barat daya Kabupaten Bima, yang berada di sebelah timur Kota Mataram, yang menjadi Ibukota Nusa Tenggara Barat (NTB), yang terletak di Indonesia bagian tengah. Ada 9 orang ditugaskan di Kabupaten Bima ini. 4 orang berada di Kecamatan Tambora, 2 orang berada di Kecamatan Langgudu, 2 orang berada di Kecamatan Sape, dan 1 orang berada di Kecamatan Parado. Ya, itulah aku.

Aku bukanlah angkatan pertama yang datang kemari, masyarakat sudah tidak asing dengan tugasku disini, keluarga angkat pun tampak sudah mempersiapkan diri. Apa yang aku lakukan? Mengamati.

Dingin, udara ini terus melekat di kulitku. Tidak seperti yang aku bayangkan jauh hari sebelumnya. Puncak gunung yang membuatku selalu meringkuk dan menggigil di malam hari walaupun sudah diselimuti berbagai macam alat pelindung raga.

Ramai, suasana lingkungan disini. Remaja berseliweran dengan motornya, bapak-bapak bergotong-royong membangun balai desa, ibu-ibu asyik bercengkerama di warung, anak-anak kecil berlarian, bahkan kambing, sapi dan ayam pun tidak ketinggalan.

Rumah panggung, berdiri megah mendominasi desa. Pengalaman pertama bagiku menginjakkan kaki di rumah tradisional ini. Selalu terbuka lebar bagi siapapun yang ingin bertamu, bersapa, meminjam piring, bahkan meminta nasi. Setiap rumah terasa seperti rumah sendiri.

Sumur, ada dimana-mana. Satu sumur untuk siapa saja. Warga bersama-sama melakukan aktivitas mandi dan cuci. Tidak instan, tidak cepat dan tidak dekat. Ritual menimba untuk mengumpulkan air adalah keharusan, sekaligus menjadi penyambung interaksiku dengan tetangga.

Gelap, dan cukup mencekam di beberapa area. Dengan susunan rumah panggung yang tidak teratur, menyisakan sela-sela tanpa atap yang tidak terjangkau cahaya lampu maupun purnama. Belum lagi jarak antar desa yang cukup panjang, dipisahkan 2 kuburan nan luas membentang.

Beras, melimpah ruah bagi hampir semua pemilik rumah. Salah satu harta paling berharga untuk menyambung nyawa. Tidak, persediaan mereka bukan untuk 1 minggu atau 1 bulan, stok mereka adalah untuk 1 tahun lamanya.

Mbohi Dungga, sambal super asam yang merupakan sajian wajib di bumi Parado. Mbohi berarti simpan, Dungga berarti jeruk, sambal ini terbuat dari jeruk purut, cabai dan garam yang disimpan beberapa hari dan tahan sampai 2-3 tahun. Ya, begitulah selera warga Parado, asam.

Semua baru, semua seru. Belum banyak yang bisa aku gambarkan, masih banyak hal baru yang pasti akan aku dapatkan. Adaptasi, itu adalah langkah utama. Mudahkah? Yang pasti di Parado, di dalam rumah panggung nan dingin ini, I know I’m home.

July 11, 2012

 

“I’m just a speckle of dust in this gigantic world now. And I’m going only where the wind will take me.” Zee Avi - Let Me In


Cerita Lainnya

Lihat Semua