info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Journey: At the Beginning

Prita Arianti Raditiarini 20 Juli 2012

 

 

Saumlaki, Sabtu  14 Juli 2012

Pk 22.07 WIT

"Nona, Papa su di pelabuhan..katong su mau pi Werain ini..Nona pi pelabuhan sa ya.."

("Nona, Bapak sudah di pelabuhan..kita sudah mau pergi ke Werain..Nona pergi ke pelabuhan saja ya..")

 

Hilanglah sudah posisi leyeh-leyeh, rasa mengantuk pun kabur entah kemana. Sedikit linglung menjawab telepon dari Bapak Piara saya tersebut. Adegan berikutnya adalah merapikan barang-barang dan memastikan semua barang sudah terbungkus rapat dengan plastik agar tidak basah kuyup seperti perjalanan sebelumnya. Terdiam, perasaan linglung ini masih ada..perasaan tidak menyangka akan berangkat sekarang, karena kabar terakhir motor laut akan berangkat besok subuh. Sejenak, saya langsung teringat kembali tepat sebulan yang lalu..ya tepat sebulan..pada 14 Juni 2012 saya merasakan perasaan ini juga..percampuran antara linglung, kaget, dan terburu-buru karena harus tiba-tiba berangkat..

 

Perasaan campur aduk itu tidak bertahan lama setelah menaiki motor laut..ya..motor laut..perahu berbahan dasar kayu dengan 2 atau 3 buah mesin berbahan bakar solar di dalam lambung kapal. Rasa takut langsung menyingkirkan perasaan-perasaan lainnya, rasa hangat di pelupuk mata pun mulai terasa. Bagaimana tidak, di dalam motor laut itu saya sudah tidak mendapatkan tempat untuk duduk, terlalu penuh sesak, ditambah kenyataan bahwa ada 150 sak semen di dalam motor laut ini, dan laut malam begitu hitam dengan angin kencang dan gelombang tinggi. Muncul keraguan, tapi saya harus pulang ke desa karena hari senin sudah masuk sekolah, saya tidak mau melewatkan hari pertama saya menjadi seorang guru. Berbekal sedikit keberanian dan banyak nekat, saya meringkuk di salah satu sudut ruang kendali motor laut. Teringat kata-kata dari seseorang di luar pulau sesaat sebelum sinyal telepon hilang diantara pertemuan Laut Arafura dan Laut Banda, saya pun tertidur.

 

"Kalau Prita takut, jangan liat ke bawah ya..Liat ke atas aja, pasti bagus kan langit malam di sana?"

 

Mual, entah karena takut, asap solar, atau guncangan keras. Obat anti mabuk tidak terasa efeknya, akhirnya saya minum saja obat alergi saya agar mengantuk. Syukur pengaruhnya cukup kuat sehingga saya bisa tidur.

 

Minggu, 15 Juli 2012

Pk 01.09 WIT

Suara mesin berhenti, sayup-sayup terdengar orang-orang berteriak, berlari keluar, dan berteriak lagi. Mata saya terlalu berat untuk dibuka..dan saya tertidur kembali..

 

Pk 03.32 WIT

Guncangan keras, mesin berhenti, salah seorang ABK menepuk kaki saya membangunkan saya. Saya terkejut, terbangun, namun tidak mengerti apa yang terjadi. Satu orang berteriak  tali starter putus, satu orang berteriak nyalakan mesin, satu orang berteriak belok kiri, satu orang berteriak belok kanan, satu orang berteriak pompa keluar airnya, suara bayi menangis, suara penumpang yang mulai gaduh, akhirnya saya putuskan melihat keluar. Dingin sekali itu hal pertama yang terasa, dan laut mengombang-ambingkan badan motor laut. Tanpa mesin yang menyala, motor laut ini hanyalah sebuah perahu kayu, perahu kayu yang mengikuti kemana ombak membawanya.. Laut malam memang tidak menjadi favorit saya, gelap dan hitam, membuat perasaan takut dan tidak nyaman. Siapa yang sangka perasaan itu dapat hilang dalam sekejap. Saat saya melihat ke atas, perasaan saya jauh lebih baik..langit Maluku di malam hari memang indah. Semuanya penuh bintang dan begitu terang, malam itu tidak terasa gelap lagi.  Satu! Dua! Tiga! Empat! Ada bintang jatuh!

 

"Langit malam itu terang, di saat semuanya gelap, hanya langit malam yang terang.."

 

Pk 05.00 WIT

Motor laut berhenti, kami sudah sampai di Elyasa-desa paling ujung di Pulau Selaru. Penduduk Elyasa turun, sedangkan penduduk Werain menunggu matahari terbit baru melanjutkan perjalanan. Para ABK bermain kartu domino, beberapa penumpang mulai mengobrol, ada yang tertidur kembali termasuk saya..

 

Pk 08.35 WIT

Sampailah di Werain, rumah saya selama satu tahun ke depan. Desa yang cukup sempurna, tidak terlalu besar, kaya akan sumber daya alam, penghasil tenun, tempat dimana gunung dan laut bertemu sekaligus tempat dimana matahari dan bulan bertemu. Ajaib! Pasti selalu muncul keajaiban di tempat seindah ini. Semoga saya dapat memberi sedikit sentuhan keajaiban di tempat ini..semoga saja..

 

"Miracle happens to those who believe.."


Cerita Lainnya

Lihat Semua