Satu Momen yang Istimewa

PatrickNikolas S Roeroe 28 September 2015

Ufuk mentari sudah naik ke permukaan. Para ibu sudah membuka rumahnya untuk menyambut udara pagi hari yang sejuk. Melalui pintu yang sama, beberapa bapak sudah pergi meninggalkan rumahnya menuju kebun. Tidak mau kalah, anak-anak pun sudah siap dengan baju putih dan celana merahnya meninggalkan rumahnya untuk menuntut ilmu. Bersamaan dengan itu, matahari bersinar lembut menandakan hari baru bagi Desa Waya siap untuk dimulai.

Hiruk pikuk mulai terdengar di SD Negeri Waya. Salah satu sekolah yang berada jauh dari asap polusi perkotaan dan keramaian ibukota. Sekolah yang berada jauh ke arah hutan ini sudah terasa ramai di pagi hari ini. Kali ini suara keramaian tersebut berasal dari sudut sekolah dibawah naungan pohon ketapang yang sudah berdiri selama 30 tahun lebih. Tidak hanya siswa, guru-guru termasuk kepala sekolah, komite sekolah, dan beberapa pemuda sedang sibuk memperbaiki pagar sekolah yang telah rusak.

            Hari ini bapak kepala sekolah dan seluruh guru telah kembali ke sekolah. Berbeda dari hari-hari minggu lalu, dimana saya harus memegang kelas rangkap mulai dari tiga kelas hingga menjadi “kepala sekolah” yang mengatur masuk pulangnya siswa dan materi pelajaran yang diberikan. Guru-guru yang menghabiskan liburan panjangnya di Ternate, mengambil cengkeh di Obi, hingga kepala sekolah yang sibuk mengurus dana bos sudah kembali disambut ke rumahnya. Kepala sekolah dan guru-guru ini sebenarnya adalah orang-orang yang sangat peduli akan pendidikan di Desa Waya, namun, kepedulian tersebut berhadapan dengan keterbatasan masing-masing yang membuat mereka pada beberapa minggu sebelumbya tidak bisa mengabdi di sekolah ini.

            Sebutlah kepala sekolah, sosok yang selalu mendukung kegiatan pengembangan siswa ini telah menunjukkan inisiatif-inisiatif pengembangan sekolah selama satu setengah tahun masa kepemimpinannya di SDN Waya. Madrasah Diniyah adalah salah satu ide beliau yang terus membimbing keimanan para siswa. Guru-guru SD Negeri Waya tidak kalah kerennya. Mereka merupakan para guru PTT dan merupakan peserta program K2 atau calon PNS. Sangat disayangkan, mereka belum terpilih menjadi PNS. Gaji mereka pun dari dinas mulai dari bulan Januari terhambat dan belum diterima. Untungnya semangat mereka tidak pernah kandas, mereka terus muncul di kelas mengajar para siswa dan aktif membimbing para siswa saat akan mengikuti lomba, walaupun lagi-lagi karena keterbatasan biaya membuat mereka harus mencari pekerjaan tambahan seperti mengambil cengkeh atau menjadi penjaring ikan di lautan luas.

            Hari ini seluruh guru dan kepala sekolah telah hadir mewarnai pembicaraan kantor yang biasanya sepi. Gayung bersambut, kehadiran kepala sekolah dan para guru ini dirayakan dengan terpilihnya SDN Waya sebagai tuan rumah lomba cerdas cermat satu kecamatan. Bagi masyarakat, kegiatan yang berada di desa sendiri merupakan kebanggaan tidak terkira. Bagaimana bisa sebuah desa yang penduduknya sedikit bisa menjadi tuan rumah lomba yang disponsori oleh dinas pendidikan kabupaten. Dengan demikian, kegiatan ini harus dipersiapkan dengan baik karena nantinya akan menjadi cerminan dari kampung ini.

            Siang hari sebelumnya, kepala sekolah telah memberikan arahan kepada para guru tentang apa yang harus dilakukan. Tugas pun dibagi kepada masing-masing guru. Sebagian bertugas mengecat dinding sekolah, sebagian memasang pagar baru, dan guru yang lain mengajar para siswa yang nantinya diharapkan memenangkan lomba cerdas cermat. Saat pengerjaan, setiap guru dengan tugasnya dibantu oleh para siswa yang sangat antusias untuk membuat sekolahnya menjadi lebih indah dan asri. Tidak berhenti sampai situ, ketua komite dan beberapa pemuda juga hadir membantu memperbaiki sekolah.

            Momen ini, sangat susah dilukiskan dengan kata-kata saat semua turun tangan. Tanpa biaya, tanpa permintaan, hanya dorongan dan niat juga kebesaran hati untuk membuat sekolah yang dapat membanggakan desa. Semoga kolaborasi dan kerjasama ini merupakan awal dari masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua