"Duet Maut" Bu Tini dan Bu Alus

Meiliani Fauziah 28 September 2015

Ada dua orang yang menjadi tumpuan harapan satu sekolahan ketika hujan pada pagi hari di Desa Suliliran, Dusun Belebak. Keduanya adalah wali kelas di SDN 006 Pasir Belengkong, Bu Tini dan Bu Alus.

Hujan di pagi hari membuat beberapa guru tidak turun (istilah di Paser untuk “datang”) ke sekolah. Terjadilah pendelegasian tugas mengajar untuk guru-guru yang rumahnya relatif dekat dengan sekolah. Artinya jelas, Bu Alus dan Bu Tini bertanggung jawab akan kelangsungan sekolah hari ini. Bagaimanapun anak-anak harus tetap mendapat sesuatu apapun cuaca yang menimpa bukan?

Saya pribadi senang sekali datang ke sekolah ketika hujan. Anak-anak jauh lebih riang! Mereka senang main seluncuran di sepanjang koridor sekolah yang sepi karena tidak semua siswa diijinkan berangkat oleh orang tua mereka. Alasanya karena anak-anak akan banyak bermain ketika hujan ketimbang belajar. Bener juga sih.

Kembali kepada dua guru yang disebutkan di awal, duet maut inilah yang sering mendampingi anak-anak ketika hujan. Berdua mereka mengatur agar setidaknya setiap kelas mendapat tugas untuk dikerjakan hari ini. Sekaligus  menjaga agar tidak ada yang celaka karena begitu asyik bermain.

Suatu hari kelas saya juga pernah didatangi Bu Alus secara tiba-tiba. Rupanya anak-anak sebelum masuk kelas sempat-sempatnya berenang di sungai. Sekedar informasi, konon sungai di dekat sekolah itu masih ada buayanya. Tanpa pendampingan orang dewasa, tidak boleh ada bocah yang berenang. Makanya mereka senang sekali mengajak saya buat menemani berenang walaupun suatu hari saya hampir tenggelam dan selamat karena ditolong mereka!

Dengan nada tegas, beliau bertanya siapa saja yang nekat bermain di sungai saat hari sekolah. Adalah tanggung jawab guru untuk menjaga keselamatan anak-anak di sekolah. Jadi siswa diminta tidak mengulangi perbuatannya lagi. Berhubung tidak ada yang mengaku, maka Bu Alus memegang satu per satu rambut siswa. Kalau basah, artinya dia baru saja main di sungai.

Kontribusi Bu Tini untuk menjaga keselamatan anak-anak juga tak kalah banyak. Sering ketika harus ikut lomba yang lokasinya jauh, Bu Tini memberi komando agar kami berlaku tertib. Beliau tak segan bolak-bolak arena lomba- sekolah agar tak alpa mengajar di kelas.

Pernah suatu kali anak-anak urung saya pulangkan karena beberapa siswa terlibat perkelahian dan akhirnya jatuh korban menangis. Bu Tini dengan lembut mengingatkan bahwa teguran sebaiknya jangan terlalu lama karena sudah tiba waktu makan siang.

Bu Tini buat saya juga adalah superhero. Beliau yang pertama kali mengajari saya mengendarai motor agar mudah bergerak selama di Paser. Selama dua jam penuh kami berkeliling lapangan desa agar saya berkenalan dengan si kuda besi. Hasilnya, saya menjadi lancar mengendarai motor menginjak bulan keempat penempatan.

Dua guru ini juga kerap memberikan semangat ketika melihat saya makin sering tampil berhijab. Masing-masing memberikan hadiah jilbab yang bisa saya pakai sehari-hari. “Bu Meili makin pinter pakai jilbabnya, semoga gak cuman di Paser ya,” doa Bu Alus untuk saya.

Keduanya juga sangat antusias ketika UPTD Pasir Belengkong mengadakan program pembiasaan media ajar. Saya menjadi saksi mata untuk berhari-hari penuh sukacita dalam rangka menyiapkan media ajar terbaik untuk disajikan di depan siswa. Media yang dibuat berasal dari kardus-kardus bekas dan peralatan sehari-hari.

Walaupun karena satu dan lain hal media ajar itu tidak jadi ditampilkan saat pengawas datang, Bu Alus dan Bu Tini tetap terlihat bersemangat.”Sebelum pengawas datang saya sudah pakai untuk mengajar di kelas. Yang penting sudah saya siapkan dari awal,” kata Bu Tini.

Lain lagi dengan Bu Alus. Sebagai penggawa kelas 1, beliau terlihat paling akrab dengan media ajar dibanding guru lain. Saya sering dengar lagu-lagu riang mengalun dari kelasnya. Beliau juga piawai mengubah kardus, tutup botol dan kertas warna-warni untuk mengajar. Tampilan kelas 1 pun meriah dengan mahakarya para siswa.

Aksi keduanya merupakan suntikan semangat untuk saya sebagai amatiran. Bu Alus dan Bu Tini berkali-kali membuktikan bahwa kesabaran itu tidak boleh berbatas. Sabar adalah resep pamungkas terutama untuk menghadapi anak-anak di kelas kecil. Kalo berbatas ya namanya sudah tidak sabar, dong.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua