Tersenyumlah “Kalian Juaranya”

JarotWidiyono 28 September 2015

14 Agustus 2015

17,30 WIB, Mungkin akan menjadi moment yang tak terlupakan, bukan karena hari itu hari ulang tahun gerakan pramuka, bukan juga karena aku memenangkan undian, melainkan karena hari itu adalah H-1 lomba Gerak jalan se-Kecamatan Lubai ulu, hari yang sebulan ini kami tunggu, kami sudah berlatih untuk menghadapi hari itu, hampir setiap sore kami berlatih di bawah terik dan panas udara talang lugur,

Tahun lalu tanpa disangka kami dengan semua kekurangan kami untuk pertama kalinya memperoleh piala –dan piala satu-satunya di sekolah kami-, SD Negeri 31 Lubai yang sekarang berganti nama menjadi SD Negeri 17 Lubai Ulu, di sepenggal sore sepulang dari pertandingan sepak bola antar talang di Desa Prabu Menang, aku dikejutkan dengan sebuah pesan pendek yang masuk, Pesan pendek dari Davit salah satu murid kelas 6 yang tergabung dalam regu gerak jalan sekolah,

“Tapi Pak, aku kalo ikut gerak jalan aku gak lengkap, celana aku rusak semua (Re: Resleting), aku ndak punya sepatu dan aku besar tinggi lagi, nanti sampai kesitu malu-maluin, nanti kata juri dan orang-orang tanti besar sendiri”

Pesan yang initinya dia tidak mau mengikuti lomba gerak jalan karena tak memiliki sepatu dan baju putih merah yang baik dan juga karena dia lebih besar dari murid yang lain (Re: Badanya), Pesan pendek yang seketika membuatku berfikir keras bagaimana menjawabnya, dan Akhirnya setelah beberapa kali saya mengirimkan pesan untuk meyakinkan padanya bahwa semua hal tak bisa dinilai dari apa yang dia miliki, dia berjanji akan berangkat untuk mengikuti lomba gerak jalan besok pagi,

15 Agustus 2015

Hari yang kami tunggu sebulan ini akhirnya datang, anak-anak berangkat lebih awal untuk mempersiapkan semua keperluan Gerak jalan, mereka mengenakan baju putih merah (lebih terlihat Abu-abu Merah sebenarnya), davit yang sore kemarin mengirim pesan kepadaku bermaksud untuk tidak ikut lomba gerak jalan akhirnya datang, langsung saja aku menanyakan kenapa dia berkamsud demikian, dia akhirnya menunjukan celananya yang telah rusak dan saya lihat celana itu sudah terlalu kecil untuk anak seukuran davit, akhirnya aku memberikan davit sebuah peniti untuk mengaitkan celana davit yang rusak,

Kemudian dia bilang “Pak Saya ndak punya sepatu”, sepontan aku bertanya sepatumu ukuran berapa? “39 Pak”, seketika itu juga aku melihat sekeliling, memperhatikan murid-murid yang sekiranya memiliki sepatu berukuran besar, sayangnya tak ada satu pun murid yang memiliki sepatu diatas ukuran 37, entah datang dari mana ada ide yang muncul dibenaku, aku meminjamkan sepatu ku yang berukuran 43, kemudian davit pun mencoba sepatuku, setelah di coba “Pak sepatunya longgar” entah datang dari mana lagi ide ini, aku memasukan gulungan kertas di ujung sepatu agar tidak terlalu longgar saat dikenakan davit

Pukul 12,30 WIB, Anak-anak bersiap menunggu giliran untuk memulai gerak jalan, saya dan PM sebelumnya membiasakan anak-anak untuk memanjatkan do’a sederhana, memberikan giliran untuk setiap anak menyampikan do’anya dan meng-Aamiini bersama-sama, dan kalian tahu hampir dari semua berdo’a “Semoga Kami Dapat Juara” Sesederhana itu do’a mereka, tapi bagiku, aku sangat bersyukur akhirnya kami bisa mengikuti lomba gerak jalan dengan semua kelebihan dan keterbatasan yang kami miliki,

Entah mengapa banyak anak-anak di desa yang sangat malu untuk melakukan apapun di depan banyak orang, hanya karena mereka lebih Besar, tak memiliki Baju dan atribut Sekolah yang layak, Mungkin ini adalah hasil dari kebiasaan kita yang menertawakan sesuatu yang berbeda, sebuah kesalahan dari seseorang yang baru saja belajar, menganggapnya sebuah hal yang lucu bahkan kadang memandangnya sebagai aib yang memalukan, dan lihatlah kita begitu hebat mencipta anak-anak bangsa yang begitu takut melakukan hal baru hanya karena dia lebih besar dari temanya, hanya dia tidak memiliki pakaian yang layak seperti kebanyakan orang,

22 Agustus 2015

Matahari bersinar lebih cerah dari biasanya, menemani kami yang melakukan KBM seperti biasa, hari itu tepat satu minggu setelah kami hampir lupa bahwa kami baru saja mengikuti Lomba Gerak Jalan, hari yang mungkin juga akan menjadi hari yang tak terlupakan bagi mereka, ada kabar baik yang datang “Kami Mendapat Juara III”, Kembali saya di beri pelajaran terbaik bahwa kita hanya perlu memberikan mereka kepercayan, membiarkan mereka melakukan dengan sebaik mungkin dengan semua keterbatasan, tak perlu menertawakan setiap kesalahan yang mereka lakukan

Dan sekarang lihatlah, mereka yang begitu malu karena mereka berbeda –Besar atau apalah- mereka bisa membuktikan mereka bisa melakukanya, meski bukan juara I tapi mereka berhasil menaklukan semuanya, mereka berhasil membuktikan pada kita bahwa berbeda bukanlah halangan untuk melakukan apapun, kita hanya perlu membuat mereka percaya

“Tersenyumlah nak, kalian telah membuktikanya, meski kalian berbeda tapi kalian percaya kalian bisa, selamat menjadi juara”


Cerita Lainnya

Lihat Semua