Lorong Baca Danau Gerak

Liska Rahayu 28 September 2015

“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku, aku bebas” (Moh Hatta)

“Bu Liska, nak pinjam buku” ujar anak-anak yang datang menghampiriku di setiap aku selesai mengajar menuju ke ruang guru. Betapa anak-anak sangat bersemangat membaca. Sekolah kami tak memiliki ruang khusus untuk membaca. Jangankan perpustkaan, rak-rak untuk menjajarkan buku dengan rapi-pun tak ada.

Suatu ketika, saya sengaja, memilih buku-buku yang sudah cukup usang, berdebu, lama tak tersentuh, dan meletakkannya kedalam kardus. Saya membawa lebih dari 10 buku dan duduk didepan ruang guru. menggelar buku tersebut, semacam membuka lapak. Anak-anak mulai bertanya “ bawe ape bu? Nak dibagikan?”. Sambil tersenyum, saya-pun mengatakan “ah dikde, bacelah buku ni, la udem pacak bace?( tidak, bacalah buku ini, sudah bisa membaca?)” Mereka serempak berkata sudah. Walaupun pada akhirnya, halaman demi halaman harus saya bacakan ceritanya, karena mereka belum bisa membaca. beberapa anak mulai tertarik dan datang pada kerumunan yang kami ciptakan. Mereka berebut buku. Riuh. Betapa hasrat ingin tahu mereka tinggi. Membaca. Mencipta imajinasi tentang dunia.

Hari-hari mulai berjalan tak seperti biasa, seusai bel berbunyi tanda istirahat, mereka selalu menghampiriku, meminjam buku. Duduk bersila diatas lantai. Diatas pohon. Dibawah pohon. Membulak-balikan halaman. Mengeja-nya. Membacanya. Melihat gambarnya. Tertawa. mereka berbahagia. Terkadang, Jika terlalu banyak yang bertanya dan meminta untuk dibacakan, saya hanya berkata sambil tersenyum “bacelah kudai, kalo dek pacak bace, ejalah, kalau la payah, nginalah gambarnya saje” (bacalah dulu, kalau memang tidak bisa baca, belajar di eja, kalau memang sudah tidak bisa, lihatlah gambarnya saja). Anak-anak hanya menganggukkan kepala dan kemudian melihat kembali halaman demi halaman dari buku yang mereka genggam sambil tersenyum.

 

Danau Gerak, September 2015


Cerita Lainnya

Lihat Semua