Tiga
Okkie Pritha Cahyani 23 September 2015Hari ini, tiga bulan sudah. Tiga bulan beradaptasi, tiga bulan berbagi, dan tiga bulan merefleksikan diri.
"Tuhan tidak pernah salah menempatkan seseorang." Begitu potongan kalimat terbaik yang biasa aku dengar ketika kaki ini mulai lelah berjalan. Aku percaya, kelak para pengajar muda akan menemui jawaban mengapa saat ini kaki-kakinya berdiri di sebuah sekolah, mengapa tangannya bergerak di sebuah desa, dan mengapa ia harus memberi hati untuk anak-anak muridnya.
Aku menulis ini di pelabuhan, tepatnya di depan kapal Sabuk Nusantara 38 yang siap membawaku pergi ke desa penempatanku, Kawio. Aku tidak pernah tahu, bagaimana kondisi lautan di tengah perjalanan ini. Apakah bisa membuatku mabuk laut, atau malah membuatku tertidur pulas. Sama halnya dengan manusia yang tidak pernah tahu bagaimana kehidupan di hari esok. Satu hal yang aku percaya, aku melangkahkan kakiku sejauh ini atas izin Tuhan. Dan dengan izinNya pula, aku diperbolehkan bertemu dan belajar dari kesederhanaan masyarakat di tempat ini, tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Aku berhasil melewati tiga bulanku, dan aku tahu.. aku tidak berjuang sendiri. 74 pengajar muda lain juga melakukan hal yang sama di tempatnya masing-masing. Ah, bukan lagi 74 pengajar muda, tapi 125 pengajar muda dari 17 kabupaten di Indonesia. Dan satu hal yang pasti, tak hanya aku yang menjadi pelari terakhir di garis edar tahun ke-5 ini, tapi juga beberapa pengajar muda lain yang kini mulai menggali makna yang nyata dari 'keberlanjutan'.
Untukmu yang sedang berjuang; Jaga terus semangatmu seperti saat kakimu meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta itu. Jaga terus niatmu seperti saat kali pertama hati memutuskan untuk mengisi essay online itu. Kekhawatiran, ketakutan, bahkan kesendirian bukan hanya milikmu. Ada kesamaan terhadap apa yang sedang bersama-sama kita perjuangkan, hanya saja setiap orang memiliki jalannya sendiri.
Untukmu yang sedang belajar menjadi lebih tangguh; Berikan hati, bukan hanya diri. Tuangkan hal positif agar memudar segala yang negatif. Hari ini, bukan saat yang tepat untuk berbicara tentang "aku", " "kamu", atau "mereka". Tapi ini tentang "kita". Iya, tentang "INDONESIA". Selamat berjuang, Bapak Ibu Guru Pengajar Muda!
Sangihe, 14 September 2015.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda