Hari Minggu Bahagia
Nurlaila Tut Taqwa 14 Juli 2012
Setiap orang punya ukuran sendiri tentang sesuatu yang dapat membuat bahagia. Tentu saja ada sekian banyak alasan seseorang merasa berbahagia.Priska,sahabat saya yang satu daerah penempatan di Sangihe bercerita tentang bagaimana khas dan enaknya teh kawio didesa tempat dia ditugaskan.Saya bisa melihat binar matanya yang benar – benar bahagia.Ya,secangkir teh. Sesederhana itu! sesuatu bisa membuat seseorang bahagia luar biasa.Pun dengan saya hari ini. Bukan berarti hari – hari kemarin saya tidak bahagia.Tapi kejadian hari mingu ini membuat saya bahagia luar biasa.
Ceritanya , pagi tadi setelah jama’ah subuh saya ajak anak – anak untuk menata dan membersihkan masjid yang kebetulan ada dibelakang rumah saya.Kami menjadwalkan jam 9 pagi akan mulai kegiatan tersebut.Tentunya setelah anak – anak membantu pekerjaan rumah orang tua masing – masing. Sekitar jam 8 saya masih ngobrol dengan Ibu angkat saya didapur. Tiba – tiba saya dengar suara anak – anak memanggil saya. “ Ibu,,Dausi ibu....Depe ake taruh mana ( Ibu..kesini Ibu,saya punya air mau ditaruh dimana) ?”.Segera saya keluar dari dapur. Saya melihat dua anak kecil yang usianya belum genap 5 tahun membawa botol – botol berisi air. Mereka Vanesha ( 4tahun 2bulan ),dan Farel ( 3tahun 11 bulan ). Padahal rumah saya berada diujung kampung dan tidak bisa dikatakan dekat dengan bak umum yang dijadikan tempat mengambil air.
Saya sempat tertegun dengan tingkah mereka. 2 botol besar dikedua tangan kanan dan kiri mereka.Hal ini sangat sederhana tapi cukup membuat dada saya sesak.
”Kai airnya dibawa kesini.Isai tadi yang suruh mengarak ake kemari nesha ?”tanya saya dengan bahasa sangir semampunya.
”Torang bu,boleh kita ikut main bersih masjid?“.
Mereka tau kalau mau ada bersih – bersih meskipun subuh tadi tidak ikut sholat subuh. Segera saya ambil ember dan menuangkan air mereka kedalamnya. Tidak lama setelah itu anak – anak berdatangan untuk membersihkan masjid.
Selesai bersih – bersih kami makan bubur kacang ijo yang sengaja saya buat untuk mereka. “ Boleh tambah kalau mau nambah, ada nasi juga kalau mau makan “ kata Ibu saya kepada anak – anak.Kebetulan menu siang itu sayur paku dan cumi – cumi dimasak santan. Warga sini menyebutnya woku.
“ Ini depe nama apa bu di jawa ? di Jawa juga ada woku ?”tanya miksan sambil menunjuk cumi - cumi.
“ Ini namanya cumi – cumi,ibu sering makan ini dijawa mar disana harus beli” jawab saya.
“ Kalau gurita bu ?ada juga dijawa ?” tanya difqi.saya jelaskan pada mereka mungkin ada tapi saya belum pernah makan gurita.
“ Sebentar torang bajubi e bu,cari gurita pa ibu “usul difqi. Saya tertawa mendengar ucapan difqi. “Nyandak usah hari ini difqi kapan – kapan saja “kata saya sekenanya.
Sore harinya selesai mengaji ,miksan bercerita kalau siang tadi dia dan Difqi bajubi ikan . Niat mereka mau cari gurita tapi sayangnya mereka tidak dapat. Mereka hanya dapat ikan – ikan kecil.Saya agak kaget dengar cerita mereka. Mereka benar – benar mencari gurita. Saya kembali dibuat tertegun oleh anak – anak .
“ Sekarang dimana ikan- ikannya ?kita masak sama – sama saja jo nanti dimakan sama- sama juga “ Ajak saya meskipun sebenarnya saya sedang tidak begitu berselera makan ikan.
“ Ada dirumah Difqi bu, mari jo bu kesana “ kata miksan lagi. Kami kerumah difqi dan saya lihat difqi sedang menggoreng ikan – ikan kecil itu. Pantas saja tadi difqi buru – buru pulang setelah selesai mengajii. Mereka menggorengnya sendiri. Saya tiba – tiba menjadi sangat berselera untuk makan ikan.Ini adalah salah satu ikan terenak yang bisa membuat saya bahagia. Hari minggu ini benar – benar hari bahagia untuk saya. Yang semakin membuat saya yakin bahwa bahagia itu sangat sederhana.Anak - anak ini,yan mnjadi slah satu sumber kebahagiaan saya. Thanks God.
Bajubi = Menangkap ikan dengan menembak dengan alat pegas tapi lebih kecil.
Mar = tapi dalam bahasa sangir
Mengarak ake : Mengambil air
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda