Tentang Bahasa Indonesia 1

NurjannahAwaliyah 27 Maret 2016

Suatu hari di Bulan Maret

Akhirnya seorang anak yang takut berbicara padaku sebelumnya, hari ini dia berbicara Bahasa Indonesia. Perkenalkan Namanya Fakrur, kelas VI.

Di desa, kebanyakan anak-anak tidak menggunakan Bahasa Indonesia. Bahkan untuk belajar di kelas pun, mereka menggunakan bahasa daerah (Aceh). Selain tidak mengerti Bahasa Indonesia, mereka juga tidak banyak mendengar orang berbicara bahasa Indonesia.  Bahasa Indonesia menjadi asing bagi mereka. Ini jadi tantangan tersendiri untukku untuk mencari cara, agar paling tidak selama setahun, anak-anak dapat terpapar Bahasa Indonesia dan menggunakannya. Mulai bermain susun kata, susun puzzle, memberikan kesempatan mereka membaca buku, memutarkan lagu dll.

“Bu, tameng keno bu”. (masuk sini bu) Teriak Fakrur ketika melihatku berjalan di depan kelas dia

“Ibu nak jak Pustaka Krur. Kiban? Hana Pak Ishaq?”  (Ibu mau ke perpustakaan. Gimana? Tidak ada pak pak Ishaq?)

“Hana bu.” (Tidak ada bu)

Saat itu juga, yang tadinya mau ke perpustakaan akhirnya  memutuskan untuk masuk ke kelas VI. Ternyata mereka sedang pelajaran Bahasa Indonesia. Materi membuat pidato. Aku menghampiri Fakrur yang sudah duduk rapi di tempatnya. Fakrur ini adalah anak yang selalu tersenyum malu ketika aku ajak bicara. Kadang dia menutup mukanya karena malu atau bahkan kabur. Ketika di kelas, dia terkadang terlihat sangat antusias. Tapi ketika ku beri kesempatan bicara, ia malu. Matanya selalu fokus ke depan, dengan tatapan yang menerawang. Anak yang menarik. Pikirku.

“Ayo dikerjakan!” kataku

“Hanjeut Bu.” (ga bisa bu)

“Jeut Krur. Coba bilang *Loen jeut bu*” (bisa Krur. Coba bilang *saya bisa*)

“Hanjeut Bu” (ga bisa bu) katanya sambil merengek malu seperti biasa.

“Jeut Krur!” (bisa krur) kataku dengan suara yang agak keras.

….

….

“Loen jeut Bu” (saya bisa)

“Nah… Bereh that krur. Peugah jeut beh!” (nah. Bagus. Bilang *BISA* ya)

Beberapa menit dia tidak bergerak dengan memegang pensil di tangannya. Hanya melihat buku di meja. Aku tahu dia pasti kebingungan membaca tulisan-tulisan tanpa gambar yang sangat membosankan baginya itu. Tidak mengerti apa yang dia baca. Aku sedikit menjelaskan padanya tentang pidato (dengan Bahasa Indonesia). Wajahnya terlihat sangat berpikir. Mungkin saat itu dia menemukan kata *TEMA* di bukunya. Lalu tiba-tiba dia bertanya

“Bu, tema itu macem mana? Tidak tahu bu”

Aku kaget. Alhamdulillah. Akhirnya, Fakrur mengucapkan sesuatu dengan Bahasa Indonesia kepada ku, meskipun hanya pertanyaan singkat. Mungkin kalimat itu nampaknya, terdengar sederhana. Tapi baginya mungkin itu tidak sederhana. Dia sangat berusaha untuk mengucapkannya saat itu. Aku tahu, dia sangat berusaha untuk melawan ketakutkannya untuk berbicara Bahasa Indonesia dengan ku. Melawan rasa malunya dan berusaha mengucapkannya. Membersamainya di siang itu membuka mataku, mungkin ada Fakrur Fakrur lain yang sedang berjuang ingin berbicara Bahasa Indonesia. Lalu aku menjawab pertanyaannya dan di akhir penjelasan kukatakan lagi padanya.

“Krur, awak kah JEUT!” (Krur, kamu bisa)

Kataku sambil menepuk pundaknya. Ia tersenyum malu (seperti biasanya) :D Terima kasih nak sudah berusaha

 

Maret, 2016

Aceh Utara


Cerita Lainnya

Lihat Semua