Menanamkan Nasionalisme 1 : Ada Upacara

NurjannahAwaliyah 28 Mei 2016

Terima kasih Pak, Bu, sudah ada upacara. Alhamdulillah, di sekolah ada upacara. SD kami adalah salah satu SD yang lumayan rutin mengadakan upacara. Kebetulan sekolah kami mempunyai lapangan sekolah yang cukup luas dan dapat menampung kurang lebih 290 siswa-siswinya. Alhamdulillah tiang bendera besi berdiri tegak dan damai di lapangan sekolah. Alhamdulillah anak-anak bisa hafal dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Nasional lainnya. Meskipun di beberapa lirik tertentu nadanya belum sesuai. Begitulah ucap syukurku di setiap upacara.

Yaa, syukur itu menjadikan kita menghargai setiap perubahan, sekecil apapun itu yang telah terjadi di sekolah ini, di desa ini, Nisam Antara.. Di bulan awal penempatan, beberapa guru dan warga desa bercerita bahwa dulu semua tiang bendera yang ada di sekolah dibakar, jadi semua sekolah tidak punya tiang bendera. Juga tidak boleh ada upacara. Bahkan pernah setiap sekolah dijaga oknum tertentu dari pagi hingga siang. Melihat senjata sudah jadi hal biasa bagi anak-anak dulu yang sekarang adalah guru-guru, mamak atau ayah. Wajar saja, desa kami dulunya adalah basis konflik di Aceh. Terbayang, mengapa guru-guru di sekolah tidak tahu lagu nasional, tidak hafal liriknya, tidak bisa menyanyikannya. Mungkin bagi mereka pernah mendengar saja sudah luar biasa syukurnya.

Guru-guru yang pernah ada di sekolah ini pastinya sangat berusaha berjuang untuk menanamkan Nasionalisme pada anak-anak di desa ini. Mengenalkan Indonesia secara luas. Mengenalkan bahwa Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Melaksanakan upacara, mengajarkan lagu nasional. Mengenalkan pancasila. Aku tak membayangkan bagaimana guru-guru dulu dapat mengajarkan lagu Indonesia Raya kepada anak-anak, sedangkan dulu saat mereka sekolah, mendengarkannya pun tidak pernah. Terimakasih pak, bu, atas apapun usaha yang pernah kalian lakukan untuk mengenalkan Indonesia kepada anak-anak. Kalian adalah pahlawan. Ada rasa haru yang tidak bisa dijelaskan menyadari bahwa yang terjadi hari ini tidak lepas dari orang-orang yang dulu mengabdikan dirinya di sekolah ini, di desa ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua