info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Three days, Three Wonders.

Nindya Intan Putri 5 September 2013

 

Kamis, 20 juni 2013    Hari kedua didesa dimulai dengan pagi hari diajak kak Sandra rapat dewan guru sebelum pembagian raport. Rapat dari jam 08.00 WIT sampai 16.00 WIT, lama ternyata..Meskipun hanya duduk dan mengikuti jalannya rapat secara pasif karena ini hari pertamaku masuk komunitas sekolah tetapi aku berpikir ternyata menjadi guru di Sekolah Dasar itu bukan hanya berperan sebagai guru saja, tetapi juga banyak peran yang dimainkan. Ia bisa jadi psikolog yang handal karena paham betul akan potensi dan kelemahan tiap muridnya sehingga bisa tahu perkembangan tiap anak didiknya, administrator yang terampil karena harus rela lembur untuk membuat silabus ataupun prosem, prota dan RPP agar perangkat pembelajarannya rapi. Dan terakhir..aktor yang berbakat,kenapa berbakat? Karena ia harus selalu tersenyum walau kesal karena muridnya tidak juga paham akan materi atau ramai dikelas, karena ia harus selalu bersemangat karena energi positif yang disalurkan ke murid tentunya membuat mereka semangat juga. Jadi kalau sampai sekarang dikota masih ada guru yang malas-malasan ataukurang perhatian akan tugasnya sebagai guru, datanglah kesini wahai bapak atau ibu guru..saya yakin anda pasti malu. Sorenya aku berjalan-jalan kepantai dengan anak-anak, and for the1st time ever aku diajak main bola dengan mereka. Betapa terbukanya mereka dengan pendatang, baru lihat 2 hari langsung dirangkul-rangkul, digenggam tanganku dan langsung ditunjuk jadi striker. Meskipun cuma lari-lari dan jarang mendapatkan bola dari mereka (mungkin mereka tahu kemampuan ibu gurunya hehehe) anehnya saat aku minta diganti mereka tidak mau dan tetap menjadikanku striker hehehe.. Setelah itu kak Sandra mengajak untuk melihat-lihat SMP,tetapi aku masih belum bisa masuk SMP karena aku masih belum pergi ke tuan tanah it means ruang gerakku masih terbatas. Adat di Lumasebu atau mungkin dseluruh desa Maluku Tenggara Barat ini jika ada orang baru yang menetap harus sembahyang di tuan tanah dulu atau kata mereka meminta izin ke leluhur yang memiliki tanah desa ini, minum soppi dan beberapa ritual lain. Malam harinya mulai tidur dengan adik piara,Yunita lasuatbebun namanya..biasa dipanggil Bunga. Dia kelas 2 SMP, dan seperti anak seumuran lainnya dibelahan bumi lainnya dia jugasedang mengalami masa-masa pencarian jatidiri. Sering memberontak, susah dimengerti kemauannya dan kurang patuh dengan orangtuanya..sama denganku dulu. Ya, begitulah ABG ?   Jum’at, 21 juni 2013    Hujan deras didaerah pesisir jangan dibayangkan seperti hujan deras dikota atau gunung. Hujan disini benar-benar membuat kami ketakutan. Hujan yang tidak berhenti dari pagi mengakibatkan bajir selutut. Hampir semua anak-anak disekolah menangis, aku dan kak sandra pun bingung. Belum pernah mengalami kepanikan seperti ini, panik karena takut akan banjir dan panik menghadapi banyak anak yang menangis histeris. Ditambah lagi banyak penduduk desa yang berteriak tsunami sambil lari kearah bukit terdekat. Para orangtua berhamburan lari kesekolah mengambil anaknya. Tersisa kami berdua saja pongah disekolah. Tidak ada yang menjemput..hehe. Kamipun menembus hujan dan banjir untuk pulang kerumah sambil berdoa itu bukan tsunami betulan. Kalau dilihat dari ciri-cirinya memang bukan tsunami hanya banjir biasa karena sungai disekitar desa meluap. Mungkin penduduk desa panik karena belum pernah mengalami banjir sebelumnya jadi mengira air-air itu tsunami. Tetapi kawan, ditengah hiruk pikuk kepanikan ada hal yang membuatku terharu. Aku ingat dengan ibu dan ayahku..ingatan itu hadir saat aku melihat para ibu ataupun para ayah yang lari-lariditengah banjir dan hujan deras untukmenjemput dan menggendong anaknya dari sekolah untuk mengungsi keatas bukit. Saat kulihat bapak piaraku lari mencari anaknya di SMP dan membawanya pulang. Aku rindu dengan ayah dan ibu. Semoga Tuhan selalu melindungimu bu, pak.    Sabtu, 22 juni 2013    Judgement day! Hari pembagian rapor tiba..undangan hanya disampaikan lisan saja karena printer satu-satunya rusak. Mungkin karena itu harusnya para orangtua sampai disekolah jam 08.00 tapi sampai jam 09.00 lebihpun hanya 6 orangtua murid yang datang dari seluruh siswa kelas 1-6. Huft..ternyata jam karet tidak hanya berlaku dikota besar saja ?. Akhirnya hanya sekitar 30 orangtua murid saja yang datang dari kelas 1-6. Itupun mereka diundang dengan cara didatangi guru satu persatu kerumahnya..betapa anehnya. Dihari pengambilan rapor anaknya harusnya mereka yang butuh tahu hasil akhirnya..tapi untuk datangpun guru yang harus mendatangi langsung rumahnya satu persatu. Tapi kalau kau sudah hidup didesa ini kawan, kau akan tahu alasan orangtua yang tidak datang mengambil rapor anaknya itupun bukan karena malas tetapi mencari sesuap makanan. Bukan sesuap nasi, ya..karena nasi disini bukan makanan pokok. Barangkali ubi, talas, singkong, kombili atau mengail mencari ikan. Bukan itu saja keanehan lainnya, karena desa lumasebu ini kecil dan biasanya banyak yang mempunyai hubungan kekerabatan jadi ketika orang tua murid ada yang tidak datang tetapi ada orang dengan  fam (marga) nya yang sama maka saudaranya yang hadir yang mengambilkan rapor anak tersebut. Misalnya fam Angwarmasse ataupun fam Batlayangin, meskipun bukan anaknya tetapi ketika nama fam tersebut dibacakan maka orang yang mempunyai fam yang sama yang akan mengambilkan. Jadi satu orangtua murid bisa mengambilkan rapor untuk 20 orang..that was amazing. Yah..itulah 3 hari pertama aktivitasku didesa yang menjadi tempatku berpijak dan belajar makna kehidupan 1 tahun kedepan. Desa yang berpenduduk antara 400 sampai 500 orang. Desa yang sedikit demi sedikit membuka tirai jendelanya padaku untuk kutengok sedikit dalamnya. Semoga bukan hanya tirainya saja yang dibuka tetapi pintunya dan masyarakatnya membiarkanku masuk..desa ini bernama Lumasebu.

Cerita Lainnya

Lihat Semua