Berjuang Melestarikan Budaya di Era Modern

Nanik Nor Laila 3 Juli 2024

Desa Lanpasa, singkatan dari Sungai Landau, Parigi, dan Sabakat. Sebuah desa yang juga berada di antara perkebunan Sawit. Siapa sangka, desa yang cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan ini memiliki sebuah Sanggar Seni dan Budaya “Rumpun Simpei” Namanya. Sangat lebih mengagumkan lagi, pendirinya masih sangat muda sekali, Kak Nisa biasa kupanggil. Ketika selesai menempuh pendidikannya di Palangka Ray, program studi Pendidikan Sendratasik, ia kembali ke desa dan mendirikan sebuah Sanggar. Singkat cerita, sanggar ini adalah salah satu rumah bagiku. Tempat bercerita, berbagi kisah, saling mengukir mimpi, membicarakan pendidikan, makan bersama, bercanda, dan banyak hal lainnya.

Suatu hari di tengah perbincangan, ada satu kalimat yang membuatku terkesima, sederhana namun bermakna, “Budaya kita (Kalimantan) itu keren banget loh. Sayang sekali kalau generasi berikutnya sampai tidak mengenalnya. Kalau bukan kita yang mengajarkannya, siapa lagi ” Ujar Kak Nisa.
Semangat juangnya tidak diragukan lagi, kembali ke desa, merangkul pemuda-pemudi desa untuk belajar kesenian dan kebudayaan Kalimantan. Namun ia balut dengan kekeluargaan yang hangat dan keseruan di dalamnya.

Perlahan, masyarakat di desa mulai terbuka dan tertarik dengan sanggar ini. Sehingga anak-anak desa pun memiliki kegiatan yang positif. Terima kasih banyak Kak Nisa, semoga semangat juangnya tidak akan pernah luntur dan nantinya akan banyak generasi penerus dari Sanggar ini yang cinta dengan kesenian dan kebudayaan yang dimiliki. Ternyata benar, setahun mengabdi, selamanya terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan pendidikan di Desa penempatan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua