info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Anak-Anak Pasti Jujur!

Putra Adji Gumilang 7 Juli 2024

Sering mendengar istilah “anak-anak pasti jujur”?

Percayalah, hal itu bukan hanya sebuah istilah.Hal itu adalah sebuah kenyataan yang menyakitan. Sebentar, jangan marah dulu. Menyakitkan karena dibalik kata kata itu mengatakan bahwa kejujuran itu tidak dirawat hingga dewasa. Istilah itu seperti ingin menceritakan bahwa sadarilah kita manusia yang sedang membaca bahwa jujur punya harganya, dan MAHAL. 

Jam pertama selesai, anak - anak mulai istirahat. Lari ke sama ke mari, obrak abrik laci - laci mainan seperti ular tangga, catur, juga bola volly menjadi media penyaluran semangat anak-anak yang tidak ada habisnya. Bahkan, sampai suara lonceng tidak terdengar oleh anak-anak yang masih asyik bermain di dalam kelas, salah satunya restu. Restu adalah murid kelas 1 yang telah bisa membaca juga menghitung dengan baik. Semangatnya sangat sulit untuk habis. Meski kondisi sudah masuk kelas, restu tanpa henti terus berlari ke sana ke mari. Akibatnya, anak - anak kelas 3 dan 4 yang sedang ku ajar merasa sangat terganggu. 

Aku memutuskan untuk ke kelas 1. Ternyata guru yang mengampu masih memiliki urusan yang harus diselesaikan. Tugas sudah diberikan, tapi, energi yang dimiliki restu masih mengapi sangat panas. Ku melihat kondisi keriangan yang sangat hangat. Tawa hingga keringat keluar deras secara selaras. Akhirnya ku mencoba untuk memberi salam. “Selamat Pagi anak-anak hebat” ku lantangkan dengan riang gembira. Seluruh anak-anak yang berjumlah 7 orang (Kelas 1, 3 orang dan kelas 2, 4 orang) menjawab dengan riang sambil kelelahan “Selamat pagi bapak guru adji”. Ku menanyakan apa yang sedang diperbuatnya lantas mereka menjawab “Lari- larian, Pak. Restu kejar - kejar kami”. Restu menjawab keheranan ku mengenai kenapa restu mengejar teman-temannya. “Desi am, Pak. Main seru ja am” (Gak ada, Pak. Seru seruan aja).

Atas penjelasan tersebut aku mengajak seluruh anak-anak untuk berjanji dan berkomitmen untuk menuntaskan tugas dan tanpa main lari-larian lagi. Mereka berjanji kelingking dengan ku untuk tenang dengan konsekuensi jika masih berisik mereka memutuskan untuk membersihkan taman secara bersama-sama. Anak- anak hebat itu menjawab serempak “Baik, Pak”.  Namun, karena anak-anak hebat itu memiliki energi yang harus ditumpahkan mereka tetap bermain dan sangat seru sekali.

Selepas jam belajar kelas 1 selesai, anak - anak memiliki kebiasaan untuk saling kesetiap guru. Pada saat mereka menghampiri ku, restu mengatakan hal yang hebat sekali. “Bapak, kami tadi masih berlarian, kami bersihkan taman sekarang ya pak?”. Kejujuran yang sulit sekali dibayar oleh orang dewasa, diberikan dan ditunjukan secara cuma-cuma oleh anak-anak yang potensinya luar biasa. Aku memeluk satu-satu restu dan teman-temannya. Serta mengatakan “Terimakasih ya, sudah jujur”.

Memang, jujur seringkali susah dengan segala konsekuensinya. Tapi, restu kelas 1 SD dari SDN Tumbang Taberau seperti mengatakan. Jujur itu adalah hal mahal karena kita harus membayar dengan segala konsekuensi, tapi, jujur itu adalah hal murah yang membuat diri kita mahal bahkan tak bisa dibayar oleh apa pun.


Cerita Lainnya

Lihat Semua