Perlahan tapi Pasti

MustikaAmalia Wardaty 30 November 2015

 

Dapat hadir di tengah-tengah masyarakat Sangihe merupakan salah satu anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya. Mengapa? Karena Tuhan memberi kesempatan untuk menikmati setiap momentum yang ada dan merefleksikannya dalam bentuk pelajaran hidup. Ikut serta mendidik para generasi pembaharu bangsa. Menjadi Pengajar Muda benar-benar memberikan pengalaman nyata dalam proses belajar kepemimpinan.

Bagi saya pribadi, mendidik anak-anak dan masyarakat itu bukan perkara mudah. Karena setiap ucapan dan tindakan yang saya tujukan kepada mereka itu menjadi cermin untuk diri saya sendiri. Apakah sekiranya saya sudah pantas berpredikat sebagai seorang pendidik? Apakah saya bisa dikatakan sebagai role model bagi mereka? Entahlah, dengan mengucap Bismillah mau tidak mau saya memang harus berusaha jadi guru yang memang bisa digugu (dipercaya), dan ditiru.

Diawal masa tugas Pengajar Muda angkatan X Kabupaten Sangihe, saya dan teman-teman disini sempat mengalami kendala komunikasi dan koordinasi. Namun hal itu dapat kami atasi karena kami sudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Mengenal suku, budaya, bahasa, geografis dan cuaca yang ada. Belajar ‘menerima’ teman-teman sepenempatan sebagai keluarga layaknya keluarga biologis. Mencoba menyelaraskan logika dan perasaan saat berhadapan dengan tantangan sosial.

Selain mengajar, pengajar muda juga bertugas sebagai penghubung antaraktor yakni: siswa, guru, kepala sekolah dan pemangku kepentingan lain. Ibarat melakukan sebuah petualangan bertema laut, saya mendayung perahu bersama mereka menuju mercusuar program keberlanjutan. Meskipun belum seberapa misi yang berhasil dicapai, kami tetap berjuang. Karena harapan serta keyakinan itu tumbuh mengakar dalam benak kami.

Perlahan tapi pasti, satu per satu program keberlanjutan yang telah disepakati oleh Pengajar Muda X Kabupaten Sangihe bersama Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Sangihe sudah dan akan dilaksanakan. Program yang dijalankan telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Sangihe.

Mulai dari Forum Keberlanjutan, Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) yang terdiri dari empat wahana, yakni : Ruang Berbagi Ilmu, IM Broadcasting, Ruang Belajar dan Gerakan Mengajar. Selanjutnya lomba Olimpiade Sains Kuark (OSK), Festival Anak Sangihe (FAS) dan “Mari Jo Kuliah!” (baca: dikemas semacam Kelas Inspirasi Indonesia Mengajar).

Semua program yang ada semata-mata demi memajukan dunia pendidikan di Sangihe. Terlaksananya program tidak akan berarti tanpa adanya peran besar Pemerintah Kabupaten, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Relawan Pendidikan Sangihe, Komunitas Tahuna Photografer Club (TPC), Bapak/Ibu kepala sekolah dan guru se-kabupaten Sangihe, anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan semua pihak yang terpanggil hatinya untuk memberi diri. 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua