Siswa dari daerah pedalaman pun bisa menjadi Juara

AgungSatrio Buwono 24 November 2015

Oleh : *Pak Qusthalani, S.Pd, M.Pd (Pembina Tim Karya Ilmiah Remaja yang memperoleh Juara II tingkat nasional di Surabaya - Oktober 2015 )

 

Saya merupakan seorang guru yang mengajar pada salah satu sekolah di Kabupaten Aceh Utara, bukanlah sekolah favorit bagi siswa dan juga bukan juga sekolah tujuan guru untuk mengajar di tempat tersebut. Sekolah dengan jarak tempuh ±30 dari tempat tinggal saya dan waktu tempuh sekitar 50 menit, dimana orang masih sibuk dengan aktivitas paginya, ayam masih berkokok, dan pasar lagi terjadi barter barang dagangannya, saya sudah memutar ban honda (motor) saya menuju ke sekolah tersebut. Sekolah tersebut adalah SMAN 1 Paya Bakong, sekolah yang berada di desa yang dulunya merupakan tempat berkumpul para kombatan GAM. Karakter siswa di sekolah tersebut bisa dibayangkan, sangat keras, susah diatur, dan lingkungan yang tidak peduli terhadap pendidikan.

Tetapi bagi saya mereka tantangan, mereka unik karena saya berkeyakinan diantara tumpukan pasir pasti ada sebongkah berlian yang sangat berharga. Saya tidak henti-henti memotivasi mereka untuk selalu belajar, meraih prestasi dan mari kita tunjukkan Paya Bakong bisa juga sampai ke tingkat Nasional. Kita tunjukkan bahwa Paya Bakong ada, kami bukan hanya bisa berperang tapi kami juga bisa belajar. Itu beberapa motivasi yang saya berikan untuk anak didik saya. Saya membentuk kelas literasi, kelas tersebut telah berjalan mulai dari tahun 2014, dimana anak-anak saya biasakan membaca dan menulis. Diawal kami membentuk kelas ini hanya 4 orang siswa yang antusias, tapi saya tidak pernah putus asa. Walaupun koleksi buku masih kurang dan harus mengeluarkan uang sendiri untuk menambah koleksi perpustakaan kami.

Saya juga membentuk Komunitas Peneliti Muda SMA Paya Bakong, komunitas ini bergerak dalam bidang penelitian. Awal terbentuk hanya beranggotan empat orang dan mereka adalah dari kelas literasi yang sudah terbentuk sebelumnya, jumlah ini sudah cukup bagi saya untuk membuktikan bahwa anak-anak di sekolah ini juga bisa berprestasi. Anggaran, fasilitas, dan koneksi internet yang tidak memadai tidak menyurutkan saya membimbing mereka.

Berbagai upaya telah saya lakukan, mulai dari mengajak mereka ke perpustakan di kota yang jaraknya 30 KM dari sekolah, mengakses internet untuk mencari referensi-referensi dan juga melakukan penelitian di waktu-waktu diluar jam sekolah. Saya tidak pernah merasa lelah, walaupun harus membimbing mereka sampai sore dan juga meluangkan waktu di hari libur tanpa dibayarpun. Namun semua itu hilang ketika saya melihat mereka tertawa, tersenyum terhadap apa yang sudah mereka raih. Ini terbukti dari keberhasilan anak-anak menjuarai lomba Olimpiade Penelitiaan Siswa Indonesia (OPSI) 2015 di Surabaya, kami meraih medali perak. Prestasi yang sangat berharga bagi kami dari sekolah yang serba kekurangan.

Kepuasan saya bukan karena uang jutaan rupiah dan juga mengangkat suatu medali. Saya puas ketika anak-anak mengatakan, “Pak, kami ingin seperti Bapak”, “Pak, kami juga ingin ikut penelitian, kami juga mau seperti kakak kelas kami”, “Pak jangan pindah dulu dari sini”, “Pak bimbinglah kami, kami ingin tunjukkan bahwa SMA Paya Bakong bukanlah sekolah buangan”. Komentar-komentar seperti itu membuat saya puas, dan bangga memiliki anak didik seperti mereka.

Ketika anak-anak mulai sibuk diperpustakaan, membaca, mencari referensi untuk kegiatan penelitian, mulai sering menjumpai gurunya ketika ada masalah dalam penulisan makalah dan membuka internet mencari tambahan referensi, yang merupakan pemandangan yang sangat langka dulunya bagi kami, disitulah kami guru di SMA tersebut sadar bahwa anak-anak kami juga punya potensi dan bisa meraih pretasi.

Di SMA Paya Bakong ini pun berdiri sebuah kegiatan pendidikan bernama Paya Bakong Say Hello (PBSH) yang diinisiasi oleh Pak Nazaruddin (biasa di sapa Pak Pon) dan digerakkan oleh para pemuda-pemudi setempat yang luar biasa serta bekerjasama dengan Pengajar Muda - Indonesia Mengajar.

Kegiatan pendidikan yang sudah berjalan lebih dari setahun ini bertujuan untuk mentransfer ilmu kepada adik-adiknya dari jenjang SD/MI, SMP dan SMA. Para relawan PBSH tersebut meluangkan sebagian besar waktunya secara sukarela demi mencerdaskan generasi penerus di Paya Bakong, Aceh Utara. 

Mereka (pemuda-pemudi) yang unik tersebut hanya ingin ikut serta ambil bagian demi kemajuan pendidikan dengan bermodalkan semangat, optimisme dan kepercayaan bahwa melalui pintu kesuksesan di bidang pendidikan maka akan terbuka pintu-pintu kesuksesan lainnya sehingga bisa mempercepat kemajuan masyarakat dan bangsa Indonesia.


Cerita Lainnya

Lihat Semua