Harmoni dalam Kelas Inspirasi

MirandaYasella 23 November 2015

Sabtu itu menjadi hari yang tak biasa. Speed biru hitam dengan tiga mesin sandar di dermaga Desa Indong pagi-pagi sekali. Membawa aku dan tamu yang istimewa. Para inspirator, dokumentator, kawan-kawan PPD dan pengurus Rumah Inspirasi Halmahera Selatan. “Selamat datang di Indong!” seruku setelah kaki menapak di dermaga kayu. Aku bersemangat sekali.

Warga desa mengarahkan pandangannya ke rombongan kami. Dengan penuh senyuman dan sapaan hangat seperti biasanya saat aku kembali ke desa dari Labuha. “Selamat datang Bapak Ibu di Indong.” sapa beberapa warga Indong.

Dari kejahuan sudah terdengar riuh suara anak. Terlihat guru-guru mulai berjalan masuk melihat kedatangan rombongan. Hari ini, guru-guru kompak sekali memakai batik merah sama dengan anak-anak. Orang-orang di tim SD N Indong melihat sekitaran jalan menuju ke sekolah. “Bersih ya desanya.” kata Ibu Cili, relawan dari Bappeda. Ini adalah kali pertamanya mereka semua menjejakkan kaki di Indong.

“Ibuuuuuuuuu!” teriak anak-anak dari jendela. Senyum merekah dari wajah mereka. Beberapa dari anak-anak menuju keluar untuk melihat siapa saja yang bersamaku. Antusiasme anak-anak memang sudah terlihat dari awal aku berbicara bahwa akan ada Kelas Inspirasi. Mereka  dulu hanya pernah mendengar cerita Kelas Inspirasi di SD lain namun kali ini, akan diadakan di sekolah mereka.  Anak-anak selalu menanyakan kapan relawan akan datang. Guru-guru juga tidak kalah antusias.

Semua warga sekolah bekerja sama untuk menyiapkan sekolah. Anak-anak dan guru menghias kelas jauh-jauh hari. Kepala sekolah dan warga desa sibuk di dapur, menyiapkan hidangan lezat untuk kami semua. Semua ini berjalan sendiri tanpa aku memaksa dan memohon.

“Bapak, Ibu selamat datang di SD Indong.” sapa Pak Anu, Pak Hajuan dan Ibu Fadlia. Guru-guru menyalami kami semua dan mengajak berbincang dahulu di dalam ruang guru. Sementara itu di luar, para tentara sedang sibuk menemui penggemarnya, anak-anak. Mereka langsung mengitari Serka Udin dan Benny yang berseragam TNI. Ibu Cili dan drg. Silva langsung berwefie dengan anak-anak. Melihat pemandangan itu membuatku terharu.

Karena ada 5 kelas dan hanya ada 4 inspirator sehingga aku harus memegang satu kelas dahulu. Di kelas VI, aku menanyakan bagaimana perasaan mereka akan bertemu dengan bapak ibu yang hebat. Mereka sampai tidak bisa berkata apa-apa hanya mata yang berkaca-kaca.  Terdengar nyanyian, kata-kata positif dan tawa di kelas lain. Semua bahagia.

Mabrur dan Iswan dari PPD membantu proses koordinasi kelas. Sementara Andi, Dawia dan Titi dari RIH merekam momen-momen bersama Johny. Rasanya 45 menit di kelas tidak terasa dan masih kurang lama untuk membagi inspirasi dan semangat kepada anak-anak, kata semua inspirator.

Hari itu, aku jadi saksi dari interaksi orang-orang yang tergabung dalam kerumunan positif bernama Kelas Inspirasi. Guru-guru yang berbagi pengalaman dengan relawan baik dari PPD maupun RIH. Anak-anak RIH yang membagikan semangat kepada adik-adiknya. Relawan inspirator yang mengeluarkan seluruh energinya untuk bisa berbagi. Anak-anak SD N Indong yang siap untuk belajar darimanapun.

Karena kalau bukan karena mereka semua, hadiah di akhir penempatanku ini tidak akan pernah terwujud.

(Tulisan ini didedikasikan untuk seluruh warga Desa Indong dan SD N Indong. Para anggota tim SD N Indong. Ibu Cili, Serka Udin, Benny Bagus dan drg, Silva sebagai inspirator. Mabrur dan Iswan sebagai kofasilitator. Andi, Titi dan Dawia sebagai seksi serba bisa. Dan Johny yang sudah mengabadikan momen berharga ini)


Cerita Lainnya

Lihat Semua