Pahlawan Perbatasan

MustikaAmalia Wardaty 8 Juli 2015

Setahun kedepan saya menggantikan Hadian (Pengajar Muda VIII) menjadi bagian dari masyarakat Enggohe. Masyarakat yang nantinya akan menjadi kumpulan cerita tersendiri dibuku perjalanan hidup saya. Dan serpihan cerita itu dimulai hari Senin, 22 Juni 2015 bertepatan dengan acara wisuda siswa-siswi SD GMIST Sion Enggohe, Pulau Bukide.

Sejak hadirnya pengajar muda Indonesia Mengajar di Enggohe. Sudah menjadi kebiasaan pengajar muda angkatan sebelumnya dengan pengajar muda yang melanjutkan tugas mengajar untuk saling memberi sambutan mengenai kesan, pesan, harapan dan pengalaman selama setahun mengajar dihadapan para tamu undangan. Berikut kutipan sambutan dari saya menggunakan Bahasa Sangir (bahasa daerah Kepulauan Sangihe) :

“Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Arengku Mustika (Pengajar Muda X),

Ia bou Salatiga – Jawa Tengah.

Ia menintiro su enggohe seng tahung ini

mendorong turung Bapak/Ibu,

...................................... (hening)

 

Hmm.. Maaf Bapak/Ibu, saya lupa kata-katanya.

Saya buka catatan dulu ya? Hehehe” ,

ucap saya yang disertai tawa dan tepuk tangan tamu undangan.

Kemudian saya melanjutkan sambutan saya,

 

“Oh ya.. Koa kerebi Bapak Hadian (Pengajar Muda VIII)

Kasse bue.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Ia mapulu menintiro sembadu lagu, botonge?”

 

Artinya :

“Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Nama saya Mustika (Pengajar Muda X),

Saya berasal dari Salatiga, Jawa Tengah.

Saya akan mengajar di Enggohe tahun ini

Saya mohon bantuan dari Bapak/Ibu,

sama seperti Bapak Hadian (Pengajar Muda VIII)

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Saya ingin menyanyikan satu lagu, boleh?”

Setelah acara tersebut, sambutan saya tutup dengan menyanyikan lagu yang berjudul, Sangihe i Kendage yang berarti Sekali layar berkembang, pantang mundur. Kalimat singkat yang penuh makna. Kalimat pengingat dan juga sebagai penyemangat bagi saya, bahwa kini saya telah menjadi pengajar muda di Enggohe dan saya harus ikut menyelesaikan janji kemerdekaan. Sekecil apapun usaha saya untuk negeri ini, semoga tetap bisa membawa manfaat nantinya. Paling tidak untuk menyemangati anak-anak didik saya di Enggohe untuk terus belajar dan berani mengejar mimpi.

Saya bersyukur bahwa saya tidak sendiri disini. Ada banyak kumpulan orang baik yang mau mendedikasikan diri untuk kemajuan bangsa Indonesia di masing-masing bidang ilmu. Selama bertahun-tahun mereka berjuang menjadi “abdi negara” sebagai guru, dosen, orang pemerintahan, pengusaha, relawan pendidikan dan masyarakat umum. Alhamdulillah banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan setiap harinya.

Sungguh senang rasanya bisa mendengar dan mengambil hikmah dari beberapa kisah hidup inspiratif yang mereka ceritakan. Bagaimana orang-orang hebat ini bisa menjadi magnet untuk menciptakan ruang interaksi positif bagi masyarakat Sangihe. Bukan karena mereka mampu, tapi karena mereka mau berbagi manfaat di daerah perbatasan Indonesia. Dan tanpa kita sadari, mereka inilah pahlawan yang sering terlupakan. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua