info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Pesawat Percobaan

MuhammadZamrud Al Firdaus 27 Agustus 2015

Alfian Gafur, anak 12 tahun, yang lebih dikenal oleh teman-teman, guru dan warga dengan nama populernya Arisi ini sekarang duduk di kelas VI SD Inpres Sawangakar, Kecamatan Kepulauan Botang Lomang, Halmahera Selatan. Seperti anak-anak lain seusianya yang gemar bermain dan penasaran akan hal baru ini, selalu memperlihatkan kepeduliannya terhadap teman-temannya dan lingkungan sekitarnya. Responnya yang cepat, tanggap, dan sigap ini membuat banyak orang suka dan merasa nyaman ketika berinteraksi dengannya. Segala macam permintaan tolong, dari yang hal ringan sampai ke hal-hal berat yang mungkin tidak cocok dikerjakan anak-anak ia coba kerjakan dengan penuh kesungguhan. Rasa keingintahuannya tinggi meskipun pada beberapa pertolongan ia tidak bisa menyelesaikannya. “Kita coba dulu e”, sepenggal kalimat itu yang selalu keluar dari bibirnya setiap ada yang minta tolong kepadanya. Iya, ini anak luar biasa, pemberani dan tidak mudah putus asa, pikirku. Ia berani mencoba dan belajar dari hal-hal yang sebelumnya ia tak ketahui.

Kehidupan di sekolah tak jauh beda dengan kesehariannya. Aktif di kelas, suka bertanya, dan selalu menjawab pertanyaan apapun itu meskipun kadang jawabannya belum tepat. Sering kutemukan anak yang jika jawabannya belum benar, anak itu akan tidak mau mengacungkan jari dan menjawab pertanyaan dari gurunya lagi karena takut salah yang membuatnya merasa malu. Namun, ini tidak, baginya keberanian mencoba mengacungkan jari dan mencoba menjawab adalah yang nomor satu. Kepolosannya mengungkapkan pendapat sering membuat teman sekelasnya terhibur dengan tersenyum lebar-lebar, begitu pun denganku yang ikut tersenyum melihat tingkah itu. Memang benar semangat belajar itu menular, teman-teman sekelasnya yang tadinya hanya melihat kehebohan Arisi yang selalu mengacungkan jari dan menjawab pertanyaan pelan-pelan mengikutinya, berlomba-lomba mengacungkan jari ketika dilemparkan pertanyaan.

Karena kesukaan mencoba inilah yang mengantarkannya turut merasakan dinginnya AC di pesawat, AC di bus dan AC di ruangan ketika terpilih menjadi perwakilan Maluku Utara dalam Kegiatan Konferensi Anak Indonesia (KONFA) 2014 di Jakarta. Jikalau waktu itu ia tidak mencoba membuat karya tulisan, dan jikalau waktu itu ia tidak mencoba mengirimkan karyanya ke panitia KONFA 2014, tentu saja ia tidak akan merasakan pengalaman yang begitu berharga seumur hidupnya, yang mana ceritanya tidak akan pernah habis dan akan terus berlanjut sampai impiannya terwujud. Prestasi yang ia ukir itu membuat lebih dari bangga bagi orang tuanya maupun masyarakat desa Sawangakar. Membuka mata dan harapan para orang tua di desa Sawangakar bahwa anak-anak mereka mempunyai potensi untuk berkarya mengukir prestasi.

Terbukti Arisi ketagihan ingin naik pesawat lagi, itu ditunjukannya pada suatu hari di minggu pertama bulan puasa bersama teman-temannya yang sedang membuat suatu karya dari bahan-bahan yang kebanyakan orang menganggapnya tidak bisa digunakan lagi alias menjadi sampah.

“Mari kita bikin karya” kataku

Semua menyahut “Yeeehh, mari, tapi karya apa Pa?”

“Karya apa saja dari bahan-bahan ini (botol plastik, bungkus deterjen, bungkus sabun, dan sebagainya) mari berlatih memanfaatkan bahan ini menjadikan suatu karya”, jawabku.

“Kita tidak tahu”, sahut beberapa anak.

Kemudian dengan yakin kukatakan, “Siapa bilang, mari kita coba buat bersama, karya apa saja menurut kalian”.

Tidak lama, mereka sudah mulai sibuk dengan gunting, lem, solatip dan pisau. Ada yang membuat bunga, ada pot bunga, dan ada manik-manik. Kebanyakan mereka membuat pot bunga dari botol bekas dan bunga dari bungkus deterjen dan makanan ringan. Kulihat Arisi sibuk dengan botol air mineral 1,5 liter dan kardus bekas makanan ringan. Tampaknya ia sedang serius dan sungguh-sungguh membuatnya,

“kamu membuat apa?”, tanyaku.

Tak lama ia menjawab,” kita bikin pesawat Pa”.   

“kenapa?”, tanyaku penuh penasaran.

Kemudian ia jawab,” Karena kita ingin jadi pilot Pa jadi kita coba bikin Pa”. Karya itu mewakili impiannya yang banyak dipengaruhi pengalamannya. Sederhana sekali, Ia berani mencoba bermimpi, maka ia pun akan berani mencoba mewujudkannya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua