Kakak Siap Jaga Adik

MuhammadFirdaus Ismail 21 Desember 2015

Libur telah tiba

Libur telah tiba

Horeee . . . . Horeee . . . Horee . . . .

Hari ini adalah hari resmi pertama libur semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Setelah menjalani pembelajaran di kelas selama satu semester, akhirnya datang juga hari libur itu. Ya,, kami di Rote Ndao mulai minggu 20 Desember 2015 ini akan libur selama dua minggu ke depan.

Dan di hari libur pertama ini, hari minggu tepatnya, berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya hari minggu selalu aku habiskan di Ba’a (Kota kabupaten Rote Ndao) entah karena ada kegiatan atau hanya sekedar untuk mencari jaringan (sinyal) hp, minggu pagi hari ini aku habiskan di desa. Sengaja memang, aku ingin menghabiskan pagi ini di rumah.

Di Rote ini, aku mempunyai empat adik angkat. Mike kelas tiga SMP, Yani kelas enam SD, Ical yang baru masuk TK, dan Aldi yang masih berusia 2,5 tahun. Dan sejak pagi tadi aku sudah bermain, bernyanyi dan belajar berhitung bersama dua adikku yang kecil, Ical dan Aldi. 

Ketika matahari mulai meninggi, dan pantai belakang rumah mulai surut, Aku berkata pada kedua adikku. “ Pak, mau pi  pantai, Ical dan Aldi mau ikut ko sonde ?” tanyaku pada kedua adikku. :”Ikut pak, ikut.. Kaka ikut pak.” Jawab Ical yang sering menyebut dirinya dengan ‘kaka’. “Aldi ju ikut pak, Aldi ju ikut.” Jawab Aldi sambil loncat-loncat karena kegirangan. Kedua adik ku ini memang selalu bersemangat jika aku mengajak ke pantai. “Katong mandi air laut, katong mandi air laut.” begitu kata Ical dan Aldi berkali-kali. “Kaka (Ical) dan Aldi boleh ikut, tetapi ada syaratnya ! Nah,, kermana siap dengan syarat yang Pak berikan?” tanyaku pada mereka. “Siap pak, ayo katong langsung pi laut sa, katong pi sekarang pak.” Jawab Ical dengan semangat dan tidak sabarnya pergi ke laut bersamaku. “Iya pak, ayo katong pi sekarang.” Ikut Aldi. “Sebentar, ada syaratnya, siap ko sonde?” tegasku. “Siap pak . . “ jawab ical sambil menarik-narik tanganku.    

“Nah sekarang pak kasih tahu dulu syaratnya. Perhatikan dulu ya... !”pintaku. Ical dan Aldi pun terdiam sejenak. “untuk kaka (Ical) syaratnya, Kaka harus jaga adik (Aldi) ya . . son boleh jauh-jauh dari adik. Siap kaka?” tanyaku. “Kaka siap jaga adik.” Jawab Ical dengan semangatnya. Ical memang anaknya super aktif, energinya sangat berlebih, pemberani dan tidak ada yang ditakuti olehnya. Dalam sekejap dia bisa lari sangat jauh, panjat sana-sini, loncat, seakan tak pernah bisa diam. Biasanya kalau sedang bermain bersama Aldi, Ical selalu meninggalkan Aldi. “Nah, untuk Aldi, syaratnya Aldi harus berani ya,, berani jalan sendiri dan son boleh takut dengan air. Aldi son boleh nangis ju.” Jelasku pada Aldi. “Iya pak.” Jawab Aldi dengan singkat dan pelan sambil senyum-senyum tidak sabar ke pantai. Aldi memang berbeda dengan Ical, Aldi lebih pendiam dan mudah diarahkan, biasanya untuk hal-hal baru dia merasa tkut dan berhati-hati. . Sering juga nangis kalau ditinggal Ical pergi.

Setelah syarat udah aku sampaikan ke Ical dan Aldi, kami pun langsung menuju ke pantai yang tepat berada di belakang rumah kami. Di sana sudah terlibat banyak mama-mama dan anak-anak sedang mencari ikan. Ada adikku Yani juga di sana, yang mencari ikan cukup jauh ke tengah. Saat itu, air benar-benar sedang surut terendah. “Itu itu kaka Yani pak, itu itu . . “ tunjuk Aldi dengan lucunya. “Katong pi Kaka Yani ko?” tanyaku. “Iya pak iya pak” jawab Ical. “Katong pi kaka yani, katong pi kaka yani” ucap Aldi berulang-ulang. Dengan sekejap, Ical langsung lari dengan sekuat tenaga, tak peduli dengan lumpur, batu dan kerang-kerang di laut Ical langsung menuju ke Kaka Yani. Sementara Aldi, dengan takut-takut sambil merengek berjalan dengan hati-hati. “Ical berhenti dulu” teriakku. “Haiyoo, syaratnya apa tadi kalau ikut pi pantai?” tanyaku. Ical pun kemudian berhenti. “Ical harus apa tadi? Ical harus jaga?” tanyaku. “Jaga adik pak.” Sahut Ical. “Kalau jaga adik, berarti Ical boleh tidak tinggal adik?” tanyaku. “Son boleh pak.” Jawab Ical. “Ayok Aldi, kaka tunggu. Aldi cepat su.” Pinta Ical ke Aldi dengan semangatnya. “Haiyoo Aldi, Pak tadi bilang kermana? Aldi harus apa haiyoo?” tanyaku ke Aldi. Aldi tetap merengek dan merasa takut berjalan sendiri. “Aldi jagoan, son boleh takut ya.. Ayok jalan pelan-pelan, itu Kaka su tunggu.” Kataku. Aku pun mengiringi Aldi dengan pelan-pelan. “Ayok Aldi, cepat cepat . . Kaka tunggu.” teriak Ical dari jarak dua puluh meter.

Tiap kali Aldi sudah dekat dengan Ical, Ical langsung berlari menjauh lagi. Seakan lupa dengan tugasnya. Aldi pun menangis karena selalu tertinggal jauh oleh Ical. Tak henti-hentinya aku meneriaki Ical. “Ical, haiyoo tugasnya apa tadi? Lupa ko?” teriakku pada Ical. “Haiyoo Aldi son boleh nangis ya, ayok itu susul Kaka Ical.” Kataku pada Aldi. Dan begitu terus tiap Ical meninggalkan Aldi. Lebih dari sepuluh kali aku harus mengingatkan Ical dengan tugasnya. Adik ku ini memang sangat super aktif dan pengen segera menyusul Yani ke tengah.

“Ical, tunggu pak dulu. Ical lupa-lupa terus o dengan tugasnya.” Kataku. “Nah, biar son lupa-lupa lai, sambil jalan Ical harus teriak ‘Kaka siap jaga Adik’, ‘Kaka siap jaga Adik’, begitu seterunsnya yaa. Kermana Ical, ?” perintahku . “Ahh, Aldi lama pak, Aldi penakut itu.” bantah Ical. “Kalau son mau, kita pulang su, son jadi pi cari ikan dengan Kaka Yani, kermana?” ancamku. “Iya pak, Kaka siap jaga Adik.” teriak Ical. Dan begitu seterusnya, sambil berjalan Ical sambil berkata ‘Kaka siap jaga Adik, Kaka siap jaga Adik’. Aku pun sedikit demi sedikit mulai menjauh dari mereka. Ical terlihat sudah tidak lagi meninggalkan Aldi, hanya tinggal berjarak lima sampai sepuluh meter. “Ayok Aldi cepat, Kaka tunggu.” Kata Ical. Sementara Aldi malah terlihat menangis. “Pak Edo, lewat mana o ?” tanya Aldi padaku. Saat itu, jalan depan Aldi agak sedikit dalam airnya bagi Aldi. “Jalan su Aldi, Aldi bisa lewat itu.” Kata Ical. “Sini kaka pegang Aldi.” ajak Ical. Ical pun berjalan kembali untuk memegang tangan Aldi. Mereka pun berjalan bersama sambil berpegangan tangan. Aku pun terus menjauh dan membiarkan mereka berdua berjalan sendiri menuju Yani, sambil aku memantau dari jauh.

Begitulah pagi itu kami lewatkan bersama. Bermain bersama di pantai.  Sambil mengajarkan tanggung jawab pada Ical untuk menjaga Adiknya. Ical yang biasanya melakukan sesuatu dengan cepat, kali ini dia harus bersabar karena mempunyai tanggung jawab untuk menjaga adiknya. Sementara Aldi, belajar untuk mulai lebih berani. Ya,, hari itu mereka bermain sambil belajar di pantai. Belajar memang bisa di mana saja, kapan saja dan dengan cara apa saja. Termasuk sambil bermain di pantai. Sederhana memang yang kami lakukan pagi itu. Tetapi Aku pun menyaksikan bagaimana kedua adik ku ini belajar. Ical belajar menjadi Kaka yang bertanggung jawab menjaga adiknya, sementara Aldi belajar untuk lebih berani. Semoga pelajaran dari bermain pagi ini bisa membangun karakter positif untuk kalian nak. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua