Cerita Di Balik Surat Semangat dan Lokarote: Pertemuan Yani dan Kak Aya

MuhammadFirdaus Ismail 5 Desember 2015

Dua minggu sebelum kegiatan LokaRote 2015, salah satu relawan narasumber Dyah Nurhayati atau akrab dipanggil Kak Aya memintaku untuk memberikan surat semangat kepada murid-muridku di SD Inpres Batulai. Harapannya ketika Kak Aya sampai di Rote untuk kegiatan LokaRote, sudah mendapatkan surat balasan dari murid-muridku dan bisa dibawa untuk disampaikan kepada teman-temannya. Saat itu, Kak Aya mengirimkan dua belas surat semangat dari teman berbagai profesi.

Aku pun mencetak surat semangat dari Kak Aya yang dikirimnya via email. Dan aku bagikan ke murid-muridku kelas enam yang berjumlah 10 anak. Ada dua anak yang mendapatkan dua surat, dan yang lain mendapat satu surat. Salah satu yang menarik adalah surat dari Kak Aya, yang diberikan kepada Yani Fanggi, yang tak lain adalah adik angkatku selama di Rote ini. Dalam suratnya, Kak Aya yang berprofesi sebagai dosen DKV ISBI Bandung ini memberi judul dalam suratnya “Kado Kecil untuk Bumi Pertiwi.” Di awali dengan kalimat yang cukup membuat merinding bulu kuduk, “Tulisan ini saya dedikasikan untuk putra-putri terbaik bangsa yg sedang mengenyam pendidikan.

Mungkin hanya ‘sepatah’ yang bisa kakak bagikan dan kakak ajarkan, namun salam semangat untuk kalian semua, kalian adalah pelangi terindah yang pernah kakak temui, kalian punya warna masing-masing yang membuat decak kagum bagi kami para relawan. Kalian adalah mutiara bangsa dengan beragam karakter warna yang suatu hari nanti akan memimpin negeri elok ini, Indonesia Raya, Tanah Air tercinta. Buatlah pelangi yang indah disegala lini penjuru nusantara melalui mimpi-mimpi kalian. Tunjukkan pada dunia bahwa kalian mampu menaklukkannya!

Para pelangiku, bermimpilah tentang apa yang ingin kalian impikan, pergilah ke tempat-tempat yang ingin kalian datangi dan jadilah seperti apa yang kalian inginkan!

Raihlah cita-cita kalian setinggi mungkin! mulailah dengan bermimpi ‘saya ingin menjadi….’ Sembari bermimpi wujudkanlah cita-cita itu menjadi nyata dengan cara belajar yang tekun tanpa mengeluh, tanpa putus asa, karena Tuhan tidak suka pada umatnya yang selalu berkeluh kesah dan mudah menyerah.

Berikut tadi adalah beberapa penggalan kalimat dalam Surat Semangat dari Kak Aya yang diberikan kepada Yani. Dan di akhir suratnya Kak Aya menyampaikan,

Pada akhirnya, kalian adalah kumpulan warna berbeda yang akan bersama merangkai satu bentuk pelangi yang indah. Yang akan selalu menyala dan menerangi bumi ini. Terimakasih.”

Aku tidak tahu bagaimana perasaan Yani ketika membaca surat semangat itu. Yang pasti setelah membacanya, Yani langsung semangat membalas surat untuk Kak Aya. Aku lihat sekilas, cukup panjang surat balasan dari Yani. Bagiku untuk anak kelas enam di SD ku, hal yang luar biasa mau dan bisa membalas surat dengan panjang. Padahal ini kali pertama mereka mendapatkan surat dari orang lain. Meskipun aku tidak tahu apa isi surat balasannya. Karena memang bukan hak ku untuk membaca isi surat tersebut. Yani cuma bilang pada ku, “Pak, bolehkah saya minta hadiah foto Kak Aya?” tanya Yani. “Boleh sekali, tulis sa dalam surat,” jawabku. “Sudah pak,” sahut Yani. “Suatu saat, Yani pasti bisa berfoto dengan Kak Aya,” harapku. Aamiin

Dan semesta menjawab,  pada kegiatan LokaRote 2015, Kak Aya pun tiba di Rote. Wanita yang punya hobi travelling ini menjadi salah satu narasumber untuk materi Metode Belajar Kreatif Calistung. Ibu Erny Mbado, yang merupakan mama ku selama di Rote, yang tak lain adalah mama Yani, menjadi salah satu peserta kegiatan. Di hari kedua kegiatan, entah karena alasan apa, Mama Erny mengajak Yani ke lokasi kegiatan. Padahal kegiatan mulai dari pagi jam 08.00 hingga 17.00 WITA. Dan di situlah Tuhan menjawab Do’a kami. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Kak Aya, Yani, pun denganku. Mereka bisa bertemu, cukup terharu melihat pertemuan mereka. Keinginan Yani untuk meminta foto Kak Aya pun terkabulkan. Tak hanya itu, Yani pun bisa berfoto berdua dengan Kak Aya.

Keesokan harinya, Yani bercerita dengan keluarga di rumah tentang pertemuannya dengan Kak Aya. Mendengar cerita tersebut, lantas sekeluarga pun berharap mengundang Kak Aya untuk ke rumah. Karena tidak ada sinyal di rumah, Mama Erny menyempatkan mencari titik sinyal untuk menghubungi ku supaya bisa mengajak Kak Aya ke rumah. Saat itu, posisiku masih di kota karena masih menemani relawan narasumber yang hari itu mengagendakan jalan-jalan ke pantai. Aku agak telat membaca pesan dari Mama Erny, ketika aku balas pesan sudah tidak terkirim, artinya Mama sudah tidak berada di titik sinyal. Karena Kak Aya juga harus segera kembali ke Bandung, alhasil Kak Aya belum sempat singgah ke rumah bertemu Yani dan sekeluarga.

Beberapa hari kemudian, Mama cerita kepada ku. “Pak, kemarin Yani sempat tanya, bisa gak ya suatu saat nanti Yani pergi ke Jawa dan bertemu lagi dengan Kak Aya?.” Cerita mama kepadaku. “Benar Yani, mau ke Jawa ?” tanyaku pada Yani. “Iya Pak, saya ingin suatu saat bisa ke Jawa dan bertemu dengan Kak Aya di Jawa !” jawab Yani. “Pasti bisa Yani, kalau Yani punya cita-cita, asal mau terus berusaha dan berdo’a, suatu saat pasti Yani bisa memeluk cita-cita itu.” tambahku.

Begitulah kekuatan surat, tulisan singkat yang kita kirimkan ke anak-anak pelosok negeri ini mungkin bagi kita hanya hal sepele dan seperti tak berarti. Tapi bagi mereka, anak-anak di sudut-sudut Indonesia yang jauh dari informasi dan inspirasi, cerita singkat akan sangat bisa membangkitkan semangat dan motivasi bagi mereka. Memberikan kekuatan untuk belajar dan belajar demi sebuah mimpi yang mungkin bagi kita sederhana, tetapi butuh keberanian bagi mereka untuk punya mimpi itu. Ya, mimpi mereka sederhana, untuk bisa pergi ke Jawa dan bertemu sahabatnya yang ia kenal melalui surat semangat.

Terima kasih Kak Aya atas surat semangatnya dan terima kasih LokaRote yang mempertemukan Yani dengan Kak Aya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua