Upacara dengan Pak Kontowi
Muhammad Hayatuddin 26 Februari 2014Salah satu yang menjadi bayangan indah ketika di penempatan adalah menyaksikan kibaran bendera merah putih melambai di halaman sekolah, berdiri tegap sembari hormat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Seolah memuncak jiwa nasionalisme ini terasa, dan jeglek, jeglek keseriusan itu sedikit mengalami perubahan ketika ada yang nangis, permisi mau minum, ada sakit perut, nada lagu yang berubah-rubah, berbisik – bisik, senyum – senyum melihat teman yang keliru dalam pelaksanaan upacara, sampai suasana ngobrol disaat amanat oleh pembina upacara. Ya itulah suasana anak – anak sedang upacara bendera detiap hari senin, jika gak ada yang menarik maka mereka berusaha mencari/menciptakan sesuatu yang menarik. :)
Dan kemudian kita membayangkan dahulu sewaktu kita masih Sekolah Dasar kita juga melakukan hal yang tidak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih. :) Mau kita berwajah sangar pun gak mampu rasanya untuk membuat suasana itu sempurna sesuai yang kita inginkan, itulah keindahan anak-anak, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana mengemas rutinitas upacara itu tetap berkesan, tetap ada hikmah, saling tertawa tanpa mengabaikan makna dalam upacara terkhusus disaat amanat pembina upacara.
Tema upacara saat itu tentang menghargai, mengambil bahasanya yang sering kali di temui oleh anak – anak di sekitar desa kami, harapanya anak-anak dalam bergurau tidak saling menyinggung perasaan satu sama yang lain, tetap menghargai orang yang jauh lebih tua dan memaknai penciptaan manusia itu untuk apa dan apa penanda Allah SWT menilai perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lain. Mengemas materi tersebut sehingga sesuai dengan bahasa anak – anak serta membuat perhatian mereka untuk memperhatikan kita.
Kakak guru tersebut memilih “Pak Kontowi”, semua masyarakat tahu tentang sosok yang satu ini. Kontowi (baca : pak kontowi) adalah laki-laki paruh baya yang memiliki gangguan mental, Sudah terbayangkah bagaimana jika anak-anak kalau saling ejek salah satu pilihanya adalah menyebutkan nama orang "tertentu" tersebut untuk bahan tertawaan. Persis sama seperti kita sewaktu kecil dulu. :). Sepertinya gak ada yang aneh dengan kebiasaan ini ya, dan sepertinya gak ada alasan yang menganggap bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Barangkali karena logika kita sedang dominan kali ya, dimana kecenderunganya sebatas untung dan rugi saja, siapa juga yang dirugikan ketika kita menyebut nama orang gila (baca : gangguan mental) tersebut sebagai bahan ejekan.
Namun yang ingin disampaikan pada saat itu adalah bagaimana anak-anak mengetahui apa makna menyapa (sapaan) kepada orang lain, arti dari sebutan sebagai panggilan : nama, kakak, teteh, mamang, mak dan bapak dengan harapan mereka mampu mengkombinasikan itu dengan cara tidak membeda2kan perlakuan meskipun dengan orang yang tidak normal atau sederhananya "menangkap arti perbedaan yang tidak membedakan". :)
Alhasil spanduk berukuran 1 x 60 cm yang bertuliskan “Friends with Pak kontowi” tersebut membuat anak - anak terpingkal tertawa, kakak guru diam sejenak sambil senyum - senyum membiarkan mereka puas menertawakan. Dan kesempatan ini yang dimanfaatkan, disaat mereka tertarik kepada kakak guru, memperhatikan spanduk bergambar itu. Mengalirlah amanat pembina upacara saat itu menyampaikan bahwa anak-anak mesti hormat kepada yang lebih tua, "pamali memanggil orang tua kalau hanya menyebut namanya, panggil Pak Kontowi ya", "Kita punya Allah kan?, nah Bedanya Bapak, kita semua dengan pak Kontowi adalah rajin atau tidak kita melaksanakan sholat, mengaji, dan puasanya." Anak-anak asyik dengan senyum2nya, sambil mendengarkan penjelasan yang disampaikan. Tidak tahu apakah mereka mengerti dan setuju dengan amanat pembina saat itu, yang pasti mereka tertarik dan kita bisa berharap semoga mereka setuju.
* Teman-teman sesederhana itu mungkin kita bisa memanfaatkan daya panut kita untuk anak-anak. Banyak hal lain yang barangkali bisa ataupun sudah teman-teman lakukan sebagai panutan didaerah masing-masing. Semoga dengan begitu kita selalu belajar untuk menciptakan kesan positif untuk anak didik kita. Siap-siap yang hari senin ada jadwal sebagai pembina upacara semoga lancar dan bisa memberikan hal bermakna untuk anak didik Indonesia. :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda