Sebuah Asa dari Tenggara Jargaria
Muhammad Fauzil Adhim 2 Maret 2025Di sebuah pulau kecil yang berada di ujung tenggara tanah Jargaria, terdapat sebuah desa yang kaya akan berbagai hal, mulai dari hasil alam, keberagaman, serta mimpi untuk maju. Desa Mesiang, merupakan salah satu desa yang ada di Pulau Workai, tempat matahari terbit dengan hamparan laut lepas yang ada di depannya.
Di Desa Mesiang terdapat dua sekolah dasar dan satu sekolah menengah. Kedua sekolah dasar yang ada merupakan sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen Dr. J. B. Sitanala. Sebagai sekolah swasta yang berjarak sekitar 138 km dari Ibu Kota Kabupaten, tak banyak guru yang mengajar di desa ini. Dari semua guru yang jumlahnya tak banyak itu, hanya satu yang berstatus sebagai PNS, sedangkan sisanya merupakan guru honorer daerah dan satu yang merupakan honorer sekolah.
Namanya Selpisina Laladjurun, yang akrab saya panggil sebagai Ibu Epi. Ibu Epi adalah guru honorer di sekolah tempat saya bertugas. Beliau merupakan warga asli Mesiang yang telah mengabdikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan di desa ini selama beberapa tahun belakangan ini. Meski tak selalu mendapat upah –biasanya harus menunggu pencairan dana BOS, itu pun jika dana BOS cair– Ibu Epi selalu mengusahakan datang ke sekolah dan mendidik anak-anak Mesiang dengan tekun.
Di samping mengajar seperti biasa dan dengan cara-cara konvensional, Ibu Epi juga selalu tertarik mempelajari metode belajar kreatif agar para siswa dapat memahami materi dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan. Hal ini juga terlihat ketika saya dan beliau bersama-sama mengikuti pelatihan terkait metode belajar matematika yang lebih kreatif. Saat pelatihan tersebut, beliau sangat antusias menyimak materi serta mempelajarinya kembali di luar sesi. Ketika kembali ke sekolah pun, beliau langsung menerapkannya di sekolah.
Selain menjadi guru di sekolah dasar, Ibu Epi juga mengajar di TK Negeri Mesiang secara percuma. Ketika saya tanya kenapa beliau begitu semangat mengajar anak-anak tanpa ada imbalan materi, beliau menjawab “katong ini kan orang asli sini, kalau bukan katong yang kasih ajar anak-anak dong, lalu bagaimana dong pu masa depan. Beta sebagai orang yang pernah berkuliah dan orang asli sini, tentu ingin memajukan katong pu kampung ini”. Sebuah jawaban yang membuat hatiku tersentuh dan dengannya saya dapat melihat masa depan pendidikan desa ini bisa lebih baik lagi.
Hadirnya Ibu Epi di Mesiang, menghidupkan lilin pengharapan terhadap kemajuan pendidikan di ujung tenggara Jargaria. Semoga dengannya, semua cita, harap, dan mimpi anak-anak, para muda-mudi, orang tua, dan seluruh warga Mesiang dapat perlahan terwujud. Juga, semoga hadir Ibu Epi lainnya di setiap tanah di negeri ini.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda