Bagian Kedua : Sepucuk Surat Dari Seniman

Rati 28 Februari 2025

Akhir tahun 2024, aku mendengar kabar bahwa salah satu siswi kelas 6 memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Namanya Via, seorang anak yang pendiam dan tidak banyak berekspresi. Namun, di balik sikapnya yang tenang, ia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap menggambar. Gambarnya dapat memperlihatkan suasana hati yang riang, seakan setiap goresan warnanya membawa keceriaan yang mendalam. Setiap gambarnya menjadi cerminan dari kebahagiaan yang dirasakannya, hingga mampu menyebarkan energi positif kepada setiap orang dilingkungannya.

Hingga satu bulan berlalu, aku tidak pernah melihat Via di desa. Aku mulai mencari tahu dan akhirnya mendapatkan informasi bahwa Via berada di lokasi penambangan emas di Sungai Kuhim. Tempat itu cukup jauh dari desa dan hanya dapat diakses oleh para penambang yang telah mempersiapkan perbekalan yang cukup. Tidak memungkinkan bagiku untuk pergi ke sana, tetapi aku terus memikirkan Via dan berharap dapat segera bertemu dengannya lagi.

Awal Februari,  aku melihat Via kembali berada di desa. Tanpa berpikir panjang, aku segera menghampiri rumahnya. Kedatanganku disambut dengan hangat oleh Mama Via. Namun, berbicara dengan Via bukanlah hal yang mudah. Ia tetap pendiam, menjawab seadanya, dan terkadang bahkan tidak merespons saat kutanyakan tentang keinginannya untuk kembali ke sekolah. Aku merasa frustasi, tetapi aku tidak ingin menyerah.

Aku kemudian mencoba berbicara dengan orang tuanya, berharap mereka dapat berperan dalam membangkitkan semangat Via. Ternyata, mereka memiliki kekhawatiran yang sama. Mereka ingin Via kembali bersekolah, tetapi belum tahu bagaimana cara membujuknya. Bersama-sama, kami berusaha mencari pendekatan yang tepat. Aku menceritakan tentang bakat menggambar Via yang luar biasa dan bagaimana sekolah bisa menjadi tempat bagi Via untuk mengembangkan potensinya lebih jauh. Orang tuanya setuju dan mulai memberikan dorongan lebih kepada Via, kami meyakinkan Via bahwa pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik.

Sebagai bagian dari upayaku, aku membawa motivasi melalui sepucuk surat yang ditulis oleh dua seniman bernama Fahmi dan Haiza. Kata-kata mereka begitu menginspirasi, seperti sihir mampu membuka cakrawala berfikir seorang anak Sekolah Dasar hingga menyentuh hatinya dengan cara yang tidak terduga. Motivasi dari kedua seniman tersebut membangkitkan kembali semangatnya untuk melanjutkan sekolah.

Lambat laun, Via mulai menunjukkan perubahan. Ia tidak langsung setuju, tetapi aku melihat ada secercah harapan dalam tatapannya. Kami membiarkannya berpikir dan memberi ruang baginya untuk merenung. Beberapa hari kemudian, Mama Via memberitahuku bahwa Via mulai mengambil kembali buku-buku pelajarannya, dan mempersiapkan baju sekolahnya. Hatinya perlahan terbuka.

Hingga suatu pagi, aku melihat Via datang ke sekolah. Senyum tipis terukir di wajahnya. Itu adalah langkah pertama yang luar biasa. Aku merasa lega dan bersyukur bahwa kerja keras kami tidak sia-sia. Via kembali ke sekolah, membawa serta bakatnya yang luar biasa, dan semoga, ia akan terus melangkah menuju masa depan yang cerah.


Cerita Lainnya

Lihat Semua