info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Kisah Sepatu

Muhammad Ulil Amri 28 Januari 2013

Sepatu Lakban Paskibra

Kisah ini terjadi ketika peringatan HUT kemerdekaan RI 2012. Bulan Juli sudah ditentukan calon pasukan pengibar bendera yang akan dilatih oleh TNI Pertahanan Perbatasan Pulau Matutuang. Calon pasukan pengibar bendera diambil dari murid SMP Matutuang. Jumlahnya sembilan orang.

Menurut keterangan para guru, hal ini merupakan kali pertama murid-murid SMP dilibatkan langsung menjadi pasukan pengibar bendera. Pada tahun-tahun sebelumnya pasukan pengibar bendera dilaksanakan sendiri oleh anggota TNI. Oleh karena itu, setiap pagi dan sore murid-murid SMP mengikuti  latihan.

Tibalah saatnya pasukan pengibar bendera akan tampil. Sebelum tampil ada kendala kecil terkait dengan sepatu. Pasukan pengibar bendera yang semuanya perempuan memakai sepatu hitam yang tidak ada tali pengikatnya di tengah. Dikhawatirkan, sepatu yang tidak bertali tengah ini akan mengganggu pergerakan si pemakai karena tidak stabil jika digunakan untuk PBB. Maklum, sepatu yang digunakan adalah sepatu yang biasa dipakai untuk masuk gereja, jadi bukan sepatu standar untuk pasukan pengibar bendera. Hal ini baru disadari oleh komandan pos perbatasan yang betindak sebagai penanggung jawab upacara. Setelah berpikir sejenak, sang komandan memerintahkan bawahannya untuk mencari lakban hitam.

Dan...

Kreeekkk.... sepatu yang sudah dipakai oleh pasukan direkat dengan lakban hitam. Melihat kejadian itu saya berpikir dalam hati, sungguh hebat sekali orang-orang ini, dalam keadaan serba terbatas, mereka masih ingin melakukan yang terbaik dalam memperingati HUT RI. Terharu.

Sepatu vs Selop

Salah satu cerita yang agak menggelikan terkait dengan tata tertib siswa dalam menggunakan sepatu. Anak-anak wajib menggunakan sepatu ketika bersekolah. Namun tidak semua anak menaati aturan ini. jika ditanya alasan, mereka selalu bisa menjawab. Ada yang bilang tidak punya (ini yang sering bikin miris), kotor lah, basah lah, atau sepatu sudah kekecilan.

Seragam sekolah yang dipakai murid2 matutuang adalah berasal dari dana BOS. Termasuk sepatu. Semua anak diberi sepatu, kecuai anak2  kelas 1 yang baru atau murid pindahan yang sejak awal tidak membawa sepatu. Praktis, semua anak punya sepatu. Namun demikian, tidak semua anak yang punya sepatu mau memakainya.  Sering kali guru menegur anak supaya memakai sepatu, namun anak selalu mengelak. Karena desakan terus menerus dari guru, biasanya anak menyerah, kemudian memakai sepatu. Urusan beres? Ternyata tidak. Masih saja ada anak yang tidak mau memakai sepatu. Guru pun menyuruh anak2 pulang untuk memakai sepatu. Mereka pulang. Guru sudah merasa menang karena anak-anak kali ini menurut. Namun apa yang terjadi selanjutnya membuat geli dalam hati. Anak2 yang tadi pulang untuk memakai sepatu sesampai di sekolah mereka tetap memakai sepatu. Akan tetapi ketika jam istirahat pertama mereka memulangkan sepatu mereka dan kembali ke sekoah dengan memakai selop.

Salah satu anak yang sering tidak bersepatu adalah joshua. Guru kelas 5 yaitu pak lukas yang paling sering menegur anak didiknya tersebut.

Ketika apel pagi

“Siapa yang tidak memakai sepatu angkat tangan. (8 anak mengangkat tangan). Kenapa tidak pakai sepatu?” tanya Pak Lukas

“kita pe sepatu sudah kekecilan pak guru.” Kata Roina, anak kelas tiga.

“sakit kita pekaki pak guru.” Jawab Kristian, anak kelas empat.

“belum punya sepatu pak guru.” Jerik, siswa kelas satu memberi alasan.

Anak yang lain beralasan bahwa sepatunya kotor, atau basah.

“Sekarang yang punya sepatu di rumah, diambil. Joshua, pak guru tahu kamu punya sepatu di rumah. Pergi ambil sekarang!” perintah Pak Lukas.

“Iya pak guru.” jawab Joshua.

(Anak-anak langsung bubar menuju rumah untuk ambil sepatu)

Persoalan beres? Tidak.

Ketika bel istirahat pertama, anak-anak yang tadi pulang ambil sepatu lalu memulangkan lagi sepatu mereka. Termasuk  Joshua yang ulang memakai sandal jepit lagi.

“aduh, kenapa pakai selop ulang?” tanya Pak Lukas kepada Joshua.

Joshua  senyum-senyum. “ hehe... tidak enak pakai sepatu pak guru!”

Pak Lukas geleng-geleng. Saya yang melihat Pak Lukas menegur Joshua agak geli juga melihat kelakuan murid kami ini.

“bagaimana ini Pak Amri, masak setiap hari harus diingatkan terus anak-anak ini?” Keluh pak Lukas.

Saya bingung jawabnya

“Hahaha ...gimana ya pak, saya bingung juga. Sepertinya mereka memang lebih nyaman tidak memakai sepatu.” Jawabku.

Tidak mudah membiasakan anak pulau memakai sepatu. Mungkin jika sepatu mereka sama dengan sepatu yang dipakai Lionel Messi, saya yakin mereka akan memakainya terus. Bahkan ketika mereka tidur. Hehehe.. J.

Tahuna, 28 Januari 2013

Sambil nunggukeberangkatan kapal perintis.

**


Cerita Lainnya

Lihat Semua