Menghubungkan Titik-Titik Kebaikan

MuhamadAnggraito 3 Agustus 2015
Pa Ama: Pa ito! Bagaimana? So turunkah dana?

 

Saya: Alhamdulillah so turun pa ama!

 

Dengan penuh rasa semangat saya membalas SMS Pa Ama, kepala sekolah SD Inp Belang-Belang

Saat itu kondisinya adalah saya baru saja dari suatu bank untuk mengecek rekening sekolah.

Beberapa bulan yang lalu (November 2014) sekolah tempat saya bertugas dijanjikan mendapat bantuan dana dari dinas pendidikan Halmahera Selatan untuk pembangunan satu ruang kelas belajar. Dan pada bulan ini akhirnya satu ruang kelas belajar itu akan segera terlihat bentuk fisiknya. Rangkuman perjalanan cerita baik ini lah yang akan saya angkat.

Meminjam istilah yang pernah disampaikan Alm. Steve Jobs dalam suatu pidatonya yaitu Connecting the dots. Rasanya cerita ini pas diberi judul seperti itu juga, namun dalam versi saya dan berbahasa Indonesia. Hehe… :p

Karena ini bukan kisah heroik seorang PM dalam menjalani tugas-tugasnya dipenempatan atau tentang kerja satu dua orang dalam menjalakan peranannya di masyarakat. Ini tentang kumpulan orang-orang “baik” yang efek kebaikannya disadari atau tidak ternyata saling terhubung merangkai titik-titik kebaikan.

Titik pertama, saya mulai dari sebuah kegiatan yang dilaksanakan pada masa Pengajar Muda VII Halsel, tahun 2014. Kelas Inpirasi namanya. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2014.

Bagi yang masih awam tentang apa itu kelas inspirasi, ini merupakan kegiatan yang mengajak para profesional untuk iuran satu hari/cuti dari waktu kerjanya untuk berbagi tentang pekerjaan/profesinya dihadapan anak-anak SD.

Oh iya… saat itu saya belum resmi menjadi pengajar muda Halmahera Selatan. Bahkan saya belum tahu kalau akan ditempatkan di Desa Belang-Belang. Saya masih menjalani pelatihan intensif Pengajar Muda IX di Purwakarta.

Kegiatan kelas inspirasi ini salah satunya dilaksanakan di Desa Belang-Belang. Entah kebetulan atau tidak, salah satu orang yang turut menjadi relawan dalam kelas inspirasi di Belang-Belang ini adalah Bapak Iswan Hasjim (Kepala dinas pendidikan HalSel saat itu). Inilah titik kedua yang saya anggap penting.

Cerita dari salah satu guru yang saya terima, saat itu Pak Iswan selain mengisi materi tentu melihat kondisi sekolah yang memang baru memiliki 5 ruang belajar serta 1 ruang guru. 5 ruang kelas belajar untuk kelas 1 - 6? Ya, sehari-hari kelas 1- 5 biasa belajar dibangunan sekolah, sedangkan kelas 6 memanfaatkan rumah guru yang terletak persis disamping sekolah. Tidak terlalu besar, kira-kira luas ruangannya 2 x 3 meter. Cukup kecil untuk ukuran kelas dengan jumlah 11 orang. Biarpun begitu kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan.

Dari kondisi itulah beberapa guru sengaja melakukan pendekatan kepada Pak Iswan selaku Kadis pendidikan Halsel untuk mendorong dibangunnya satu bangunan ruang kelas. Entah bagaimana negosiasi serta pendekatan yang dilakukan (karena saya tidak ada pada situasi tersebut) akhirnya kepala dinas mengeluarkan statement yang menjajikan akan memberi bantuan dana untuk pembangunan ruang kelas baru.

Cerita ini belum berhenti sampai disitu. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah terus mem follow up niat baik yang telah disampaikan oleh bapak kepala dinas. Pada saat itu saya telah datang ke Desa Belang-Belang dan bertugas sebagai PM IX Halmahera Selatan meneruskan PM VII yang telah purna tugas.

Ini adalah titik kebaikan yang selanjutnya. Apresiasi sebesar-besarnya saya berikan kepada kepala sekolah SD Inp Belang-Belang, Bapak Muhammad Husen yang kurang lebih selama 6 bulan belakangan ini memperjuangkan agar dana bantuan dapat segera turun. Mulai dari pembentukan panitia pembangunan, membuka rekening sekolah, mengurus berbagai macam berkas-berkas administrasi, pulang pergi antara desa - kabupaten (yang mana tidak bisa melalui jalur darat/harus jalur laut).

Jalan tidak selalu mulus. Beberapa kali beliau sempat patah semangat. Ya, mungkin ada saatnya dia lelah dengan yang namanya birokrasi pemerintahan. Mulai dari menunggu, hingga berulang-ulang memperbaiki berkas-berkas yang masih terdapat sedikit kesalahan. Saya menyaksikan sendiri keuletan beliau. Alhamdulillah, sekarang calon kelas baru itu sudah mulai terlihat bentuk fisiknya. Semoga bulan September nanti dapat segera rampung dan anak kelas 6 dapat belajar dengan suasana yang lebih nyaman.

Kenapa cerita ini saya anggap penting? Ya… meskipun sebagian cerita diatas saya tidak menyaksikan dan mengalaminya secara langsung, namun saya semakin sadar bahwa kebaikan itu seperti halnya virus. Biarpun kecil namun akan terus menular hingga akhirnya berdampak untuk kebaikan selanjutnya yang lebih besar.

Walaupun belajar tidak melulu perlu yang namanya ruang kelas, walaupun yang namanya belajar tidak melulu harus dengan yang namanya sekolah, namun dengan tersedianya tempat belajar yang nyaman dan kondusif untuk murid, saya rasa akan membentuk rangkaian titik kebaikan yang baru didepan nanti.

Pikiran saya mulai menerawang ke masa depan anak-anak Belang-Belang. Entah akan sepert apa, rasanya bagi yang pernah menjadi guru akan tahu banyak hal ajaib yang dapat terjadi didalam kelas. :)

*Note: Apresiasi kepada Pengajar Muda VII Halsel, Bapak Iswan Hasjim, pak ama, pak aib, pak munir, Relawan kelas inspirasi HalSel dan seluruh orang yang terlibat dalam cerita diatas yang mungkin tidak terdeteksi peranan yang telah dilakukannya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua