R.I.P Ruang Inspirasi
NaluriBella Wati 2 Agustus 2015Taman baca itu bernama Ruang Inspirasi. Taman baca yang terletak di Desa Titi Akar, Pulau Rupat- sebuah pulau terpencil di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Ia adalah satu-satunya taman baca yang berada di desa tersebut. Seperti namanya, Ruang Inspirasi bukan sekedar taman baca. Ruang Inpirasi adalah tempat belajar, tempat membaca, tempat bermain, tempat berbagi, dan tempat penuh canda tawa . Ruang Inspirasi adalah kehidupan. Setiap sudut ruangnya menginspirasi, terutama bagi anak-anak suku asli yang belum pernah menemukan taman baca seperti itu di desa mereka. Ia adalah bukti keihklasan tangan-tangan tulus yang membangunnya. Ia adalah saksi harapan anak-anak yang kerap mengunjunginya.
Tapi itu dulu. Sebelum si jago merah melalap habis Ruang Inspirasi beserta isinya.
Desember 2014. Kabar Mengejutkan.
Malam itu saya mendapat telepon mengejutkan dari seorang kawan. Ia adalah alumni pengajar muda yang ditempatkan di Desa Titi Akar pada tahun 2010. Saya, yang merupakan pengajar muda pengganti di Desa Titi Akar, langsung terperangah mendengar kabar tersebut. Ia bercerita bahwa Ruang Inspirasi terbakar pada November 2014, sebulan sebelum saya ditempatkan di desa tersebut. Ia lalu meminta saya untuk menyemangati anak-anak Desa Titi Akar.
“ Ketika kamu sampai disana, coba berikan pengertian kepada anak-anak bahwa belajar itu tak harus di taman baca. Belajar bisa dilakukan dimanapun, bahkan di ruang terbuka. Beri semangat kepada mereka ya...mereka cukup sedih melihat Ruang Inspirasi terbakar,” begitu pesannya.
Setelah mendapat kabar itu, saya kemudian mencari tahu tentang Ruang Inspirasi. Ternyata, Ruang Inspirasi adalah sejarah panjang. Metamorfosis perjuangan yang dibangun secara bahu-membahu selama bertahun-tahun. Dari hanya berupa tempat baca sederhana di rumah induk semang salah seorang pengajar muda, sampai akhirnya masyarakat turun tangan dan menyumbangkan rukonya untuk dijadikan Ruang Inspirasi. Dari mulai donasi buku yang merupakan uluran tangan-tangan tulus di kota, sampai tangan-tangan mungil yang ikut menyusun buku di tempat tersebut. Ketika pada akhirnya Ruang Inspirasi harus pindah lokasi ke rumah seorang guru pun, ia tetap menjadi tempat “nongkrong” favorit anak-anak. Bahkan ketika Ruang Inspirasi terbakar, nama itu tetap dikenang di hati mereka.
Februari 2015. Sebuah Panggilan.
Suatu hari, ketika tengah melakukan takziah, saya duduk di sebelah seorang guru yang ternyata anaknya sangat suka berkunjung ke Ruang Inspirasi. Ia merasa sedih ketika tahu Ruang Inspirasi terbakar.
“ Sayang sekali ya Ruang Inspirasi sudah tidak ada lagi. Dulu anak saya setiap hari main ke sana. Ruang Inspirasi membuat saya merasa tidak khawatir. Kalau anak saya tidak ada di rumah, dia pasti sedang berada di Ruang Inspirasi. Andai saja Ruang Inspirasi di bangun lagi, saya pun tak keberatan untuk menjaga, “ katanya.
Pernyataan sang guru adalah sebuah panggilan. Saya membulatkan tekad untuk membangun kembali Ruang Inspirasi. Saya memang harus memulai dari nol lagi. Saya tahu ini tidak akan mudah. Saya pun tidak tahu harus mulai darimana.
Mei 2015. Celah.
Karena niat baik selalu didengar oleh semesta. Kemudian semesta akan mengirimkan jawabannya secara tak terduga. Dalam waktu yang tak pernah di sangka. Pertengahan Mei lalu saya ngobrol dengan beberapa kawan, alumni pengajar muda, serta kakak angkat saya yang dulu sempat mengurus Ruang Inspirasi. Saya bicara tentang keinginan membangun kembali Ruang Inspirasi. Gayung pun bersambut. Kakak angkat saya bersedia menjalankan Ruang Inspirasi lagi. Beberapa kawan mendonasikan buku, alumni pengajar muda membukakan jaringan dengan dunia percetakan, dan lain sebagainya. Sampai saat ini, donasi buku terus berdatangan. Mediasi dengan para kepala sekolah di Desa Titi Akar pun terus dilakukan untuk pemulihan taman baca tersebut.
Ruang Inspirasi mungkin masih jauh dari pemulihan, mungkin masih belum bisa beroperasi sampai penugasan saya berakhir, tapi itu tak lagi jadi masalah. Setidaknya sudah ada celah terbuka, dan itu adalah kemajuan yang luar biasa.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda