Hadiah Pertama di Semester Baru

MelisaDwi Anggraeni 29 Juli 2015

Sudah tiga hari kegiatan belajar mengajar di SDN 6 Paya Bakong berlangsung di tahun ajaran baru, tapi masih saja ruang guru sepi saat bel masuk sekolah telah berbunyi. Mungkin guru-guru masih menyesuaikan diri sehabis libur sekolah satu setengah bulan terakhir ini, pikirku.

Karena kelas-kelas masih tak bertuan, hari ini aku mengambil kelas rangkap untuk mengisi kekosongan di kelas II dan III. Ternyata satu setengah bulan sudah cukup banyak merubah pola perilaku anak-anak yang baru naik kelas ini. Anak-anak yang pada saat kelas I cukup penurut dan akrab denganku, kini menjadi anak yang lebih aktif dan agak susah dibilangin.

Tapi sepertinya aku sudah sangat terbiasa menghadapi anak-anak seperti itu. Jadi seaktif apapun mereka, aku tidak mudah meradang. Mungkin karena sangat sering ‘dilatih’ jadi hati dan pikiran sudah sangat cepat bisa menyesuaikan diri. He..he..

Kisah ini akan bercerita tentang seorang anak yang cukup aktif di kelas II, Anwar namanya. Saat kelas I, Anwar adalah salah satu ‘biang kerok’ di kelasnya karena dikenal temperamental. Dalam belajar dia sering kurang percaya diri. Kalau diajakin belajar dirinya sering mengatakan, “Han jeut, Bu.” (Gak bisa, Bu), sambil melengos keluar kelas alias selonong boi.

Di kelas II ini perkataan itu masih terlontar juga sih dari mulutnya. Tapi hal yang bikin aku senang adalah Anwar sudah bisa diajak belajar di kelas. Setidaknya kemauan ia untuk belajar sudah terlihat. Anwar sudah mau belajar membaca. Bahkan dia meminta diberikan soal penjumlahan setelah selesai belajar menulis dan membaca. Dan yang paling menyenangkan adalah melihat Anwar menjadi anak yang lebih sabar dan tidak se-temperamental saat kelas I.

Bukti pertama dari Anwar : hari ini dia bolak-balik bertanya padaku, “Bu Mel, ka iwoe?” (Bu Mel, sudah bisa pulang?)—padahal dulu mah langsung cabut gak pake pamit.

Waktu menunjukkan pukul 11 siang. Wali kelas II masih sibuk mengisi administrasi murid sehingga kelas sudah kosong. Aku memilih masuk lagi ke kelas II untuk menertibkan keadaan kelas dan mengajak anak-anak bersiap pulang. Aku ajak mereka berdoa setelah membereskan kelas. Setelah itu aku mengajak mereka bermain ‘Tepat Jawab, Boleh Pulang’, siapa yang bisa menjawab pertanyaan dengan tepat, dialah yang bisa pulang lebih dulu. Permainan yang aku dapat saat masih duduk di bangku SD dulu. Simple tapi selalu berhasil membuat kelas khusyuk seketika menjelang pulang. Ha..ha..

Aku buat peraturan bagi siapa saja yang mau menjawab harus mengangkat tangan lebih dulu sampai ditunjuk dan disebut namanya, baru bisa menjawab. Well, ternyata gak semudah itu untuk ngajarin anak-anak biar lebih tertib. Karena masih banyak dari mereka yang berebut jawab tanpa menghiraukan instruksi yang sudah diberikan.

Setelah beberapa kali mengulang peraturan setelah mereka berebut menjawab, akhirnya instruksi itu sedikit dipatuhi. Dan Anwar, si anak aktif ini, walaupun beberapa kali dia bisa jawab tapi tetep gak ditunjuk karena emang gak tunjuk tangan, bisa menerima ‘kekalahan’ yang dia buat sendiri. Kalah karena gak ikut aturan main. Ya meskipun sesekali dia masih merengek juga minta supaya dia ditunjuk. He..he..

Tibalah kesempatan dia menjadi anak yang pertama mengangkat tangan setelah soal diberikan dan, yap, dia berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat. Yeah!

Ini adalah hal yang amat sangat simple dan mungkin biasa aja buat orang yang baru menyimak. Tapi buatku, setelah tujuh bulan bertemu dengan Anwar dan melihat bagaimana ia bersikap selama ini, pengalaman ini menjadi suatu kebanggaanku menjadi pengajar. Memang benar kata orang bijak, tidak ada hasil yang mengkhianati usaha apalagi kalau kita menikmati prosesnya.

Ini adalah hadiah pertamaku memasuki semester baru. Semester baru yang juga menjadi semester terakhirku di daerah penempatan. Dan aku yakin, di lima bulan sisa masa penugasanku, akan ada banyak hadiah-hadiah manis yang menanti. Selamat menikmati purnama ke-delapan, wahai para Pengajar Muda IX di daerah penempatan! Semoga lima purnama ke depan akan menjadi purnama terindah untuk dikenang. Aamiin..


Cerita Lainnya

Lihat Semua