Mereka Pergi, Tapi Masih Ada Disini
MuchammadFauzan 27 September 2015Dengan hitungan sepersekian detik, ban pesawat kecil berpenumpang tak lebih dari seratus orang itu tak lagi bersentuhan dengan panasnya aspal padat di landasan pacu Sholahuddin di pinggiran kota Bima. Hari itu Sabtu 27 Juni 2015 pukul 08.00 WITA menjadi saksi sejarah tongkat estafet telah berpindah ke tangan kami, sembilan orang Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan X. Kami bersama para warga, handai tolan keluarga, para pejabat tinggi dinas pendidikan Kabupaten Bima dan juga bapak Bupati mengiringi langkah keberangkatan para Pengajar Muda angkatan VIII. Bagi mereka yang melepas disini, memang lebih layak disebut keberangkatan ketimbang kepulangan.
Mereka berangkat dari kampung halaman di masing-masing desa yang ada di Kabupaten Bima ini dan melanjutkan kisah perjalanan hidup mereka setelah mengisi sepenggal catatan kisah kehormatan mereka di sekolah tempat mereka mengajar. Mereka bukan pulang ke kampung halaman, melainkan pergi menuju ke pelukan hangat keluarga mereka yang sudah menanti dengan penuh kesabaran dan penantian selama setahun berselang.
Bagiku sembilan orang yang telah kami antarkan tadi bukanlah sekedar senior Pengajar Muda yang tugasnya akan kami lanjutkan. Namun aku sudah merasakan ikatan batin yang kuat dan erat bersama mereka. Selama masa dua minggu transisi, aku banyak belajar dan bertanya apa saja pada mereka yang belum kuketahui. Aku panggil mereka semua abang dan kakak. Meski umur kami sama, bagiku itu panggilan penghormatanku untuk segala ilmu dan pengetahuan yang telah hadir dahulu sebelum aku menjadi Pengajar Muda seperti sekarang. I respect them...
Tak pernah sedetikpun aku marah pada mereka, merasa kesal ataupun jengkel. Perasaan yang ada hanya aku ingin banyak belajar dari abang dan kakakku yang telah mengabdi disini. Di tanah penuh adat Dana Mbojo – Tanah Bima. Materi yang mereka sampaikan dengan metode kreatif yang bahkan aku tak habis fikir dan kadang menggelengkan kepala dengan berbagai cara mereka untuk menyampaikan maksud yang ingin mereka sampaikan.
Saat perjalanan transisi ke desa, sontak aku langsung merasakan keramahan warga dan anak-anak yang telah berinteraksi dengan sosok mereka selama setahun belakangan ini. Masih kuingat saat aliran deras air mata dan ucapan perpisahan yang sebenarnya tak ingin berpisah meluncur dari ucap mereka. Sebuah bentuk rasa kehilangan yang tak mampu dibendung dengan senyuman menahan kesedihan. Ah.. mereka tak serumit itu. Sederhananya mereka hanya inign meluapkan perasaan kehilangan seorang keluarga yang akan pergi jauh dari kampung mereka dan tak pernah tahu kapan akan kembali pulang kesana lagi. Pelukan bercampur luapan kesedihan pun saling menyambut perpisahan mereka dengan para Pengajar Muda. Rasanya saat itu waktu lah yang layak dipersalahkan karena kebersamaan mereka telah tiba di penghujung satu tahun tugas mereka disini.
Namun dengan segala kebesaran jiwa dan keikhlasan hati, aku pun harus menyadari ini bukanlah suatu perpisahan melainkan sebuah awal baru. Dimana mulai dari titik ini merupakan lembaran baru bagi mereka dan juga kami untuk sama-sama mulai menapakkan jejak-jejak di jalan kehidupan masing-masing. Tangis kecil perpisahanku di bandara pagi itu melihat pesawat yang lepas landas pun mulai kurubah menjadi rona senyum yang menyemanagati diriku untuk bisa bertahan dan bergerak maju, bukannya hilang arah dan tak tahu jalan melangkah.
Sempat terbersit pertanyaan “Lantas, apa yang harus aku dan teman-teman lakukan disini?” Seolah mereka pergi tanpa jejak dan tak meninggalkan apa-apa. Namun aku sadar bahwa hanya raga mereka yang pergi, semangat dan jiwa mereka masih ada disini, di hati sanubari kami. Yang akan selalu menemani saat kami menapaki tiap langkah perjalanan kami menuju sekolah penempatan kami nanti.
Selamat jalan dan melanjutkan catatan perjalanan kalian wahai para Pengajar Muda VIII. Doakan kami dapat merajut tenun kebangsaan ini dan menjadi lilin harapan bagi anak-anak murid yang akan menemani kami selama setahun ke depan. Tetaplah kalian menjadi inspirasi bagi mereka dan juga kami para penerus tongkat estafet pendidikan yang akan melanjutkan langkah kalian.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda