info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Layar Kertas

Meiske Demitria Wahyu 9 Agustus 2012

Pada salah satu kelas Klub Kreatif, terinspirasi dari salah satu pembicara saat pelatihan Guru Kreatif di Tulang Bawang Barat bulan Juli kemarin saya mau mengajak murid-murid untuk belajar bicara di depan umum. Tujuan saya menginisiasi kegiatan Ekstra Kurikuler Klub Kreatif ini memang untuk melihat dan membebaskan murid-murid yang tertarik untuk kreatif. Saya mengajak mereka mewarnai, berkreasi, menulis, belajar shooting sederhana dan lainnya dengan ceria dan seakan-akan bermain. Kali ini saatnya bicara di depan umum.

Salah satu isu yang saya perhatikan sejak pertama kali datang ke SDN 02 Sumber Jaya adalah mengenai kepercayaan diri murid-murid saya. Murid-murid amat sulit bila disuruh bicara, apalagi bicara sendiri di depan kelas. Begitu beramai-ramai pasti bisa bikin ribut hehe. Pelan-pelan saya berusaha meningkatkan kepercayaan diri mereka. Walaupun kurva hasilnya tidak mencuat tinggi, setidaknya mereka berproses. Dalam ekskul Klub Kreatif inilah saya banyak menggenjot murid-murid saya agar lebih percaya diri.   Di salah satu siang di bulan Ramadhan yang terik itu saya menggunting bagian tengah karton bekas berukuran 60x60 cm membentuk persegi besar. Saya gambari bagian bawahnya dengan tombol-tombol dan saya beri merek ‘S*msung’. Jadilah televisi Klub Kreatif. Ini mirip-mirip dengan kisah ‘Pengacara dari Kampung’ dimana saya berbicara di TV Kertas. Mbak Thantien, seorang pendiri dan penggiat komunitas Aksara di Malang yang menjadi pembicara dalam Pelatihan Guru Kreatif di Tulang Bawang Barat minggu lalu menjelaskan bahwa salah satu trik membuat anak berani bicara di depan umum adalah memberikan ‘panggung’ buat mereka agar mereka merasa berbicara di depan umum bukanlah hal yang menakutkan, tapi menyenangkan. Berbekal penjelasan itulah saya mengajak anak-anak Klub Kreatif untuk tampil di ‘Layar Kertas’ ini. Saya membuatkan panggung untuk murid-murid saya berupa sebuah Layar Kertas dari karton bekas.  

Saya menjelaskan pura-puranya mereka adalah calon peserta Acara Hore dari TV Hore. Mereka harus mengenalkan diri dan menjelaskan kenapa juri harus memilih mereka mengikuti Acara Hore. Kalau bingung, boleh meminta opsi diwawancarai oleh saya. Jadi mereka tinggal menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya dalam mengenalkan diri dan penjelasan tersebut. Awalnya mereka malu-malu. Seperti biasa untuk mendorong murid-murid mengajukan diri untuk menjawab, kami bermain ‘Pahlawan atau Penjahat.” Pahlawan artinya sukarela menunjuk diri sendiri, Penjahat berarti terserah saya sebagai guru untuk menunjuk siapa yang maju duluan. Pada hitungan ke 3, ternyata sudah banyak yang mau jadi pahlawan. Masing-masing maju. Pertama-tama memang masih cekikikan di depan sebelum bicara, lalu berangsur-angsur lancar dan yakin. Sampai peserta terakhir terlihat dari wajah mereka ekspresi kepuasan dan kebanggan.   

Setelah semua anak Klub Kreatif mendapat kesempatan tampil di Layar Kertas, kami mengevaluasi kegiatan hari itu. Kebanyakan dari mereka menjawab awalnya takut untuk maju, bahkan ketika sudah di depan lidah terasa kelu. Saya bercerita bahwa dulu saya juga orangnya pemalu, bahkan bisa saja gagap bila harus tampil di depan umum. Tapi karena saya didukung dan berlatih terus, lama-lama bisa juga. Saya juga menanamkan agar mereka belajar menghargai. Setelah merasakan sendiri sulitnya berdiri tegak dan berbicara di depan walaupun hanya di depan beberapa teman, mereka kini maklum terhadap orang-orang yang bisa mendadak bisu saat disuruh maju ke depan. Dalam evaluasi ada juga murid saya yang bercerita bahwa tadinya ia tidak mau melanjutkan setelah maju ke depan karena keliwat grogi, tapi ia berusaha menyelesaikan sampai akhir walau terbata-bata. Begitu selesai, ia lega luar biasa.  

Lewat Layar Kertas itu murid-murid saya belajar mengaktualisasikan diri. Layar Kertas itu menjadi seperti tameng antara dunia mereka dengan dunia nyata. Melalui Layar Kertas mereka merasa itu hanyalah layar televisi, tidak perlu grogi karena tidak langsung dilihat oleh orang-orang. Layar Kertas dari bahan bekas yang hampir masuk tong sampah ternyata mampu mendongkrak krisis kepercayaan diri murid saya. Sekarang para murid yang menjadi anggota Klub Kreatif sepakat bila suatu saat harus maju atau tampil di depan banyak orang, mereka akan mengingat bahwa seakan-akan mereka berada di layar TV. Semoga suatu hari nanti prestasi mereka dapat menghantarkan mereka untuk tampil di layar kaca sungguhan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua