Jika Aku Menjadi PM

Masdar Fahmi 26 Agustus 2012

Hari ini adalah hari minggu. Wow, hari libur. Tapi bagiku, sebulan ini memang masih jatahnya libur. Anak-anak belum mulai aktif belajar, makanya aku pun belum sepenuhnya bertugas menjadi Pengajar Muda.

Hari ini, tepat di tanggal ini, teman satu tim mengadakan kumpul besama. Maaf, aku tak bisa hadir, karena Jumat kemarin aku baru saja pulang dari kota. Aku datang lebih cepat, karena suatu ketidaksengajaan. Itu lho, tentang hajatan di Kampung sebelah, hahaha sok populer.

Tapi, kali ini aku tak mati gaya. Aku ada sedikit pekerjaan. Yaitu, membantu bapak piara membuat meja. Wow, ini adalah pertama kalinya aku berlaku sebagai kuli. Yes, i’m a PM, Penguli Muda, hahhhaeee. Meja yang cukup besar akan kami garap. Nantinya akan menjadi meja makan keluarga.

Pagi-pagi setelah mandi, aku bergegas siap-siap di halaman. Sudah teronggok beberapa rangkaian meja yang belum sempurna. Ini saatnya, bagaimana jadinya jika aku menjadi kuli?? Oh tidak, lebih tepatnya asisten kuli. Hahaha, bapak piaraku lah sejatinya sang pilot kuli.

Hahhhaee, jujur, aku jarang sekali merenggut gergaji, mengelus palu atau paku, serta mengusap penghalus kayu. Mana mungkin aku memiliki semua alat itu? Tapi pagi ini, let’sbegin, membuat meja!!!

Aku mulai bergerilya melihat-lihat segala sisi calon meja tersebut. Menimbang, menaksir, seberapa kayu-kayu itu direkatkan, sebeapa teriplek itu dipasangkan sehingga terbentuk permukaan yang rata sebuah meja. Aku benar-benar sok tahu dan sok menjadi kuli profesional.

Inilah, kerja sama tim. Sesekali aku menggergaji kelebihan triplek di pinggir-pinggir meja. Bapak memukul-mukul paku agar masuk dengan nyaman di tubuh kayu. Aku menghaluskan sisi-sisi kayu yang bergeronjal tidak ratadan bapak mengusap-usap triplek yang kotor. Haha, senangnya hatiku, menjadi sang asisten arsitek meja. Wakakaka.

Setelah beberapa lama, taraaaa.... kami pun mampu menyelesaikan meja yang cukup besar itu. Satu hal yang aku pelajari dari kerja tim yang baru saja aku alami adalah seorang pemimpin yang baik haruslah mengerti potensi dan memberi kepercayaan penuh kepadaanak buahnya.

Disini, aku merasa, bapak piara sangat percaya aku bisa melakukan pekerjaan tersebut. Terlepas ini adalah pekerjaan yang biasa—dan memang seharusnya bisa dilakukan oleh semua pria. Eh, aku pikir membuat meja adalah keahlian, bukan masalah gender kan? Itulah dan inilah yang akhirnya membuat aku PD, sehingga aku mampu melakukan tugasku dengan baik sebagai copilot pembuatan meja. Bahkan aku sendiri tak menyangka aku bisa melakukannya!!

Tak hanya itu, bahkan dia pun memberikanku beberapa kali kesempatan untuk bertukar pendapat. Menentukan seberapa panjang kayu untuk menopang triplek, posisi baik triplek, dan pendapat-pendapat lain. Beliau menampung dengan tepat aspirasiku, bahkan mengapresiasinya dengan mewujudkan usulan-usulan itu. So wow!! Pemimpin yang sangat dewasa you know...

Sungguh, minggu menggebu yang penuh makna. Bekal bagus untuk di kelas nanti. Harus kuingat benar, bahwa setiap anak punya potensi dan aspirasi. Tugasku, menampungnya lalumengapresiasikan seperti yang bapak lakukan. Entah, menggambarkah, menuliskah, menyanyikah, berlarikah, atau apapun itu kah? Setiap anak adalah benar-benar juara pada masing-masing bidangnya.

“Setiap anak adalah Juara!!” Tagline ini, sangat merasuk ke pikiranku. Oohhh jadi ingat saat-saat pelatihan. Rindu rasanya dengan teman-teman sesama pengajar muda. Sedang apa ya kalian sekarang? Menjadi PM yang lain kah?? Hahaee... See ya.. J


Cerita Lainnya

Lihat Semua