APEL berbuah lagi.......
MariaViannie Sitepu 2 November 2015APEL ?
Maksudnya buah APEL yang warnanya merah dan manis kalau dimakan itu? Eits, tunggu dulu. Apel yang akan dibahas disini bukan Apel yang itu (meskipun memang sama – sama manis sih). Apel yang saya maksud adalah Angkatan Pelopor di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Jadi, APEL adalah kumpulan guru perwakilan dari setiap sekolah di MTB ini yang pernah dilatih secara intensif selama sebulan oleh Dinas Pendidikan bekerja sama dengan Indonesia Mengajar. Tepatnya, mereka dibentuk pada tahun 2013. Yaaaa, jadi kira – kira ini sudah tahun ketiga mereka beraksi di daerah masing – masing.
Nah, kali kesempatan yang lalu, saya dan teman – teman Pengajar Muda ke-X mendapatkan kesempatan untuk membantu berjalannya kegiatan “Temu Akbar Angkatan Pelopor ke- II di Tutukembong, kecamatan Nirunmas”. Dan disinilah awal mula segala kekagetan, kekaguman, ketakjuban dan kebanggaan saya terhadap APEL muncul.
Acara yang dimulai dari tanggal 13 – 16 Oktober yang lalu ini diikuti oleh lebih dari 90 Angkatan Pelopor dari seluruh kecamatan di MTB. Aura dan gelora semangat yang membara entah mengapa saya rasakan bahkan dari ketika kami berkumpul di depan kediaman Indonesia Mengajar. Mereka semangat sekali. Bayangkan saja, bapak / ibu guru yang biasa ditemukan di sekolah tersebut bahkan rela menggunakan jasa mobil pick up hanya supaya bisa tetap mengikuti acara ini. Bukan hal yang wajar jika kita bandingkan dengan kota – kota besar dimana orang tua justru sering mencari kenyamanan, bukan ?
Oke kembali ke cerita...Bantuan selalu diberikan kepada mereka yang membutuhkan (Albus Dumbledore). Dan benar sekali, ketika kami membutuhkan perhubungan a.k.a transportasi, eh pujuk dicinta ulam pun tiba…..ternyata Dinas Perhubungan mau meminjamkan bus sekolah untuk kami. Aduh, jadi enak nih...Banyak sekali pihak yang mendukung terlaksananya acara ini dari pihak sekolah, dinas pendidikan, pemerintah desa bahkan hingga masyarakat. Karena bantuan tersebut, rombongan APEL Tanimbar Selatan pun berangkat menggunakan bus anak sekolah. Sedangkan PM nya? Kami menggunakan mobil pick up. Tapi jangan salah, kami turut membawa pula bantal-sleeping bag-makanan untuk menemani perjalanan. Berangkat boleh pakai pick – up, tapi kenyamanan tetap yang utama hehehe.
Singkat kata, kami pun sampai di desa Tutukembong, kecamatan Nirunmas. Begitu memasuki balai desa, saya dan teman – teman dikejutkan kembali karena APEL sudah mulai bernyanyi – nyanyi, ice breaking, bahkan tanpa perlu kami bimbing. Seru lah. Nah, pada malam harinya, kami berkumpul lagi untuk melaksanakan perkenalan diri. Dikala kesempatan itu, juga ada teman - teman dari SM3T, jadi kami semua berkenalan bersama. Caranya? Memang ya dasar APEL ini gak ada habis idenya, kami diminta untuk melakukan fashion show. Alhasil, jadilah kami semua model-gadungan-gak-punya-malu-tapi-tetep-mau-eksis hahaha.
Setelah mendadak kemarinnya menjadi Tutukembong's Next Top Model, esoknya acara dimulai dengan Senam Bersama. Yuhuuu, karena APEL ini anti mainstream, maka senam yang dilakukan adalaaaah....Senam Goyang Dumang (daaaaan, ketika saya menuliskan tulisan ini, lagu Ayo Goyang Dumang langsung berkelebat di pikiran. Sial!). Gak lupa juga, selain SGD ada juga chicken dance dan senam paling terkenal se-MTB........Senam Riang Anak Indonesia.
Badan fit, pikiran bugar, acara pun dilanjutkan dengan Ritus Pembukaan. Didahului dengan pembukaan dari Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang menceritakan mengenai pendidikan di Finlandia, acara dilanjutkan dengan tari - tarian persembahan dari murid SMA setempat. Selain itu, terdapat pula pemberian piagam penghargaan kepada Bapak Kadis dikarenakan atas dukungannya lah, acara ini dapat terlaksana.
Oke lanjut, setelah pembukaan, maka acara dilanjutkan dengan makan siang. Ini dia yang menjadi kekaguman saya terhadap orang - orang di desa Tutukembong. Dalam melaksanakan kegiatan ini, nyaris semua unsur terlibat. Guru - guru menginap dan makan dibagi ke rumah warga di desa. Yang kerennya lagi, mereka mempersiapkan desa dengan sebegitu niatnya. Bahkan hingga memasang umbul - umbul di pinggir jalan desa. Sungguh, sambutan yang sangat keren bukan ?
Belum habis kekaguman saya sama orang MTB dan APEL. Semangat mereka yang tiada habis merupakan nilai plus tersendiri yang tak tertandingi. Selain itu, ketika acara refleksi dimulai, mereka diminta untuk menceritakan hal - hal positif apa saja yang mereka lakukan selama menjadi APEL. Ternyata, meski RTL tahun lalu ada beberapa yang tidak terlaksana, namun secara pribadi tiap masing - masing APEL bisa dikatakan berhasil.
Kadang, kita terlalu fokus terhadap hal besar. Hal - hal yang dianggap bisa memberi efek langsung dan terlihat nyata. Padahal kalau kata orang - orang mah : A journey of a thousand miles begins with one small step.
Terima kasih kepada Kak Dimas Sandya (kakak sarkas tapi keren yang datang buat jadi pembicara di Temu Akbar APEL) yang menyadarkan saya mengenai hal ini. Ketika saya lihat Kak Dimas sangat mengapresiasi APEL, disitulah saya sadar bahwa astaga selama ini saya memakai kacamata yang salah dalam melihat APEL. Bukan APEL yang tidak ber-impact. Tapi kita sebagai orang diluar APEL yang selalu menilai bahwa adanya event / kegiatan besar baru bisa masuk kedalam kategori 'berguna'. Padahal, tiap individu di APEL sudah berusaha menjadi guru yang baik. Mereka mengajar dengan berbagai metode kreatif, mereka mencoba menjadi agen perubahan, beberapa guru yang tadinya sering memukul sekarang berubah. Mereka benar - benar menjadi perubahan itu sendiri. Mungkin beberapa orang berpikir, bahwa apa gunanya jika hanya guru APEL saja yang berubah. Tapi hey! Bahkan Amerika tidak serta merta menjadi negara adidaya. Mie instan saja butuh proses. Apalagi perubahan pendidikan di MTB, bukan ? Jadi intinya, APEL keren. Banget.
Oke, lanjut lagi ceritanya ya. Singkat kata, terdapat materi Penelitian Tindakan Kelas (dibawakan oleh guru APEL, Neju Amarduan), Karya Inovatif (dibawakan oleh guru APEL, Ibu Puput), Facilitating for Change (Dimas Sandya) selama Temu Akbar Apel. Nah kerennya lagi, semua guru APEL ini seperti haus akan ilmu. Mereka sangat semangat & aktif mengikuti pelajaran yang diberikan. Meskipun beberapa kali waktu pelaksanaan molor, namun tidak menyurutkan niat mereka mendapatkan ilmu.
Hari terakhir (tanggal 15 Oktober 2015) ditutup dengan Malam Kesenian. Tiap masing - masing kecamatan menampilkan kebudayaannya masing - masing. Ada yang dengan kerennya membuat drama, ada yang menari (niat banget, sampai kostumnya sama semua), ada yang menyanyi, komplit lah pokoknya!
Malam Kesenian sendiri selesai pukul 02.00 dini hari. Padahal, sebelumnya direncanakan bahwa esoknya akan diadakan Kegiatan Belajar dan Bermain bersama anak - anak SD Tutukembong. Jadi menurut pembaca semua, mampukah mereka mengadakan KBB ?
Jawabannya? MAMPU. Keren gak tuh ?
Dengan modal tidur yang hanya beberapa jam, esok paginya teman - teman APEL masih bangun pagi dan mengadakan acara persembahan terakhir untuk warga Tutukembong, yakni Kegiatan KBB. Meski sempat direncanakan batal di malam sebelumnya, namun ternyata semangat beberapa APEL yang tidak pantang menyerah tersebut menular. Akhirnya, KBB pun terlaksana dengan baik dan semua orang bahagia.
Acara kemudian ditutup dengan saling sharing mengenai apa yang didapat dan tidak lupa yang paling penting yakni....acara Gosok Kaki!
Meskipun semua orang lelah dalam melaksanakan kegiatan tersebut, namun pada akhirnya ketika semua terlaksana dengan baik, rasa capek tersebut terasa menguap dan tergantikan dengan kebahagiaan (kalau ada emote, pakai emote party popper hehehe)
Nah, dan yang terpenting...dari acara tersebut saya menyadari sesuatu : kalau sudah ada APEL yang keren begini, mungkin Pengajar Muda sudah bisa mengepak dan bersiap untuk pulang :p
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda