Generasi Nguing-Nguing

LizaraPatriona Syafri 14 Februari 2016

Selamat Pagi! *seseorang mengucapkan salam* Pagi.. Pagi.. Pagi… Nguing-nguing-nguing.. booom.. Hiiiiiy! *dengan gerakan tertentu*

Begitulah sambutan dari kami, PMXI. Tidak hanya itu, masih ada kata-kata kunci yang jika disebutkan maka jawaban dari kami akan sangat panjang, bahkan ada yang berupa lagu. Ini lucu. Beberapa orang atau pemateri akan kaget saat mendapatkan respon seperti ini, ada yang freeze, ada yang langsung tertawa, dan kami... hanya cengar-cengir. Saya rasa ini adalah kekuatan utama kami sebagai PMXI: semangat. Rasanya, kami yang terpilih dari 8.249 pendaftar ini bukanlah siapa-siapa, bahkan saat refleksi diri dengan 14 dimensi kepemimpinan dari Indonesia Mengajar, kami merasa semacam acar yang berada dipinggiran piring hidangan ikan bakar laut. Sering kami bertanya-tanya kenapa orang itu adalah kami, si 50 orang yang masih raba sana-sini dan belum tahu banyak tentang bagaimana mengajar anak didik dan intervensi masyarakat. Akan tetapi, seiring berjalannya 2 bulan camp pelatihan calon pengajar muda angkatan XI, kami melalui banyak pengalaman beragam, membuat kami sadar bahwa pembelajar yang gigih yang mampu menarik hikmah besar dari segala petualangan yang kami jalani. Dan ternyata air tidak terlalu jernih untuk mandi, antrian panjang kamar mandi, cucian yang belum kering, dan makan sederhana hanyalah segelintir tantangan kecil dari segenap tantangan yang kemudian kami dapati nanti di penempatan. Maka, serta merta ketangguhan kami meningkat perlahan dan segala persiapan dilakukan untuk menjadi pribadi yang mampu mengemban tugas melunasi (baca: mencicil) janji kemerdekaan Indonesia di pelosok negeri: mencerdaskan kehidupan bangsa.

Generasi nguing-nguing. Kami terdiri dari berbagai latar belakang yang beragam, berasal dari berbagai daerah mulai dari Aceh sampai Kendari, Sulawesi. Dan yang terpenting, 37 perempuan dan 13 laki-laki ini terdiri dari berbagai karakter manusia. Awalnya, semua dari kami selalu ingin berbicara, saling mendominasi, karena terbiasa menjadi pemimpin ditempatnya barangkali. Namun, lambat laun kami belajar bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak hanya bisa memimpin tapi juga dipimpin. Perlahan, kami belajar untuk mendengar aktif, saling memahami perspektif masing-masing, dan turut bantu mengembangkan potensi kawan. Itulah generasi nguing-nguing, Pengajar Muda Angkatan XI. Kami menyadari bahwa semangat kami tidak hanya sekadar yel-yel, tapi harus mampu kami realisasikan dalam bentuk tindakan nyata bersama warga di daerah penempatan kami nanti: Aceh Utara, Natuna (Kepulauan Riau), Nunukan (Kalimantan Utara), Banggai (Sulawesi Tengah), dan Pegunungan Bintang (Papua). Kami terus memacu diri, memahami, dan mempelajari hingga satu tahun berikutnya barangkali kami mulai tersadar bahwa tanpa acar, ikan bakar laut tidak akan pernah terasa seperti ikan bakar laut yang yummy.

 

Kodim Luwuk, 4 Januari 2016


Cerita Lainnya

Lihat Semua