Izinkan, Anakmu (Juga) Menjadi Anak Bangsa !

Liska Rahayu 18 Juni 2015

Izinkan, Anakmu (Juga) Menjadi Anak Bangsa !

Hal yang tidak aku suka saat aku bertambah besar, adalah orangtuaku juga bertambah tua. Mungkin kalimat inilah yang saat itu paling tepat untuk menggambarkan penggal-penggal keresahan menjadi seorang anak bungsu. Anak muda yang sangat senang melakukan perjalanan, anak muda yang bahagia ketika melakukan interaksi dengan titik-tik singgah disetiap harapan. Tapi yakinlah, orangtua, selalu menjadi alasan untukmu kembali kerumah. Kembali pulang. Walaupun pada akhirnya pulang untuk pergi (kembali).

Berhasil menuntaskan kewajiban menjadi seorang sarjana disalah satu universitas di Yogyakarta dan menggenapkannya dengan mendapatkan kesempatan bekerja di kementrian sosial adalah irisan-irisan harapan didalam sebuah lingkaran yang saya sebut kenyataan. Namun percayalah, Jika Tuhan tidak menyetujuinya, tugasmu adalah menyetujui apa yang Tuhan telah sediakan. Dan pada akhirnya, Izinkan anakmu (juga) menjadi anak bangsa, mak!

Berhasil itu adanya nanti, setelah kita memutuskan untuk berani. Memutuskan bergabung menjadi keluarga besar Indonesia mengajar adalah sebuah pilihan diantara pilihan-pilihan yang sudah Tuhan sediakan. Memilih jalan ini, berarti memilih menjadi jalan setapak diantara hamparan ilalang-ilalang jalan, jauh dari riuh tepuk tangan (katanya), tapi entahlah, belajar mengisi bejana ketidaktahuan dari sebuah kebhinekaan bangsa adalah alasan retorik yang idealis namun realistis pada saat itu. Aku hanya tak ingin menjadi layang-layang ibu kota, seperti pitutur Rendra tempo hari. Layaknya Pram, aku hanya ingin adil sejak dalam pikiran. Menjadi sebaik-baik diriku sendiri, tentulah kebijaksanaan yang samadi. Kalimat itu seolah menjadi manifestasi kegelisahan tentang arti sebenar-benarnya hidup. Menjadi pengajar muda adalah langkah yang pada akhirnya aku ambil untuk belajar memahami diri dan tanah air lebih dalam.

Sajak Ranum

Riuh tepuk tangan menjauh

Kau pilih jalanmu, disini

Diantara peluh-peluh yang luruh

Katanya “apalah artinya ribuan rintangan dihadapan cita-cita”

Karena kebahagiaan bukan perkara atribut kebendaan semata

Kau pilih jalanmu, disini

Diantara senyap hening malam

Karena katanya “ mekarlah dimanapun kau berada”

Untukmu yang mulai bersajak tentang hidup

Ingatlah, disudut manapun kau berpijak

Tanah airmu, masih Indonesia

Untukmu yang mulai menenun kebhinekaan bangsa

Ingatlah, penjuru menyerumu

Cintamu, adalah cinta tentang mereka, anak-anak Indonesia.

 

“Orang-orang tercinta itu seperti pepohonan, walaupun daunnya berjarak tapi akarnya saling bertemu dikedalaman”

 

                                                                                   Tanjung Enim, 18 Juni 2015

                                                                                        Ramadhan Ke-1 1436 H


Cerita Lainnya

Lihat Semua