Namanya Tinus, Martinus Hombore

Kurnia Widyastuti 20 November 2014

Awal perjumpaan, kak Corry sudah menyebut Tinus, seorang bocah kecil kelas V SD YPK Siboru sebagai pacarnya. Saya ingat, kak Corry waktu itu mengatakan bahwa Tinus anaknya nice banget. Dan ternyata hal itu tidak dapat disalahkan sama sekali.

Dari banyak anak-anak saya yang baik-baik di kampung Siboru, Tinus adalah tipikal anak yang setia. Tinus kerapkali hadir di rumah untuk datang tiba-tiba dengan segala pemberiannya. Di awal, dia sering sekali memberi saya buah kelapa segar dari pohonnya yang ia cari di atas hutan-hutan. Waktu saya menemukan pohon asam jawa di pinggir tanjung dan menyebutnya bahwa saya menyukai buah asam jawa, Tinus juga membawakan saya dalam kantung bajunya yang berisi satu baskom penuh asam jawa. Awalnya, anak-anak Siboru tidak pernah makan buah asam jawa, namun karena saya yang memulai untuk memakan dan mempromosikannya, anak-anak mulai tertular dengan kebiasaan saya. Hahaha. Mereka mulai makan habis buah asam jawa yang dipanjat di atas pohon yang tinggi. Dan sampai sekarang asam jawanya belum berbuah lagi, padahal saya mau buat plecing kangkung (._.)

Suatu hari, Bapa piara saya kesal dengan kelakuan anak-anak saya yang bisa dibilang sangat ramai berbicara dan bermain. Sampai kemudian, beliau tidak mengijinkan anak laki-laki untuk menginap di rumah lagi. Begitupun akhirnya Tinus terusir keluar dari rumah saya. Cukup lama juga Tinus kemudian tidak hadir lagi di depan batang hidung saya. Saya merasa cukup kehilangan. Tapi setelah pulang dari kunjungan chevron, Tinus hadir kembali dan perjanjian tidak boleh anak laki-laki menginap tidak berlaku lagi. Tinus adalah sebuah pengecualian, hehehe xp

Kenapa kemudian Tinus menjadi agak spesial? Saya rasa karena Tinus adalah anak yang paling setia. Menurut saya, di usianya yang muda dia adalah anak dengan pikiran yang dewasa. Tinus sama seperti anak-anak yang lainnya yang gemar bermain atau berbuat gaduh di kelas dan sekolah. Namun, Tinus sudah mulai mengerti saat dimana saya benar-benar marah dengan perbuatan nakal anak-anak sekolah. Tinus bisa diajak berkompromi dan bahkan membantu saya untuk mendiamkan dengan berbicara, “Hei, Kau kepala batukah tak bisa menghargai guru atau dengar kata ibu guru?”, sambil menggeplak kepala (sebuah kebiasaan yang sedang saya brantas di kalangan anak-anak SIboru). Tinus juga anak yang bisa saya jadikan tempat curhat. Walaupun memang tidak seperti orang dewasa, tapi Tinus akan marah kalau saya sudah mengeluh lelah bekerja dan segera menyuruh saya beristirahat dan tinggalkan pekerjaan. Lucunya, saya merasa perhatiannya seperti perhatian para pasangan dewasa, namun kali ini saya rasakan dari seorang anak kecil dengan hatinya yang masih bersih dan tulus. Ah, tinus...

Terakhir kali, dia memanjatkan buat ungu/hitam berasa segar dari hutan. Dia bilang, saya bawakan sesuatu buat ibu guru. Dan saya merindukan ini. Setelah sepi, dia serahkan kepada saya satu buah plastik berisi buah yang ia cari setelah pergi dayung dan mencarinya di atas hutan-hutan. Saya tidak bisa membayangkan dengan pasti apa yang ada di otaknya, ketika dia memutuskan untuk memetik buah ini untuk saya dan menyimpannya dalam kantung plastik bekas lalu kemudian dia berikan kepada saya. Ah, tinus, tinus anak ibu guru... Ah, ya, saya juga senang ketika saya membawakan sesuatu untuk Tinus dan Tinus menerimanya dengan malu-malu, atau tidak enak hati, sambil mengatakan, terima kasih ibu guru.

Tinusku.. tetap disini ya,, tetap lindungi ibu guru dan temani ibu.. Terimakasih banyak, nak.. Setelah beberapa minggu tulisan ini ditulis tiba-tiba mawar kedua datang di depan pintu kamar dengan smerbak harumnya yang khas menyerbu sebagai pewangi ruangan alami di kamar kecil , kampung siboru. Mawar itu masih berduri, masih asli dari tempat tumbuh yang kemudian telah terpetik oleh tangan seorang anak kecil kelas IV bernama tinus. Mawar itu dilengkapi sebuah surat kecil dengan tulisan berantak yang berbunyi : “Ibu Nia cantik ini Tinus ada kasih ibu bunga mawar di bawah pintu kamar untuk ibu guru nia cantik di siboru”

Hahahahahha, ngakak dulu, ceritanya saya mengajarkan sedikit pantun narsis bin sesat ala nihe yang berbunyi “Hujan rintik-rintik sambil makan tahu, Ibu nia cantik dari siboru” atau sapaan akhir kelas yang berbunyi “selamat siang/sore ibu guru nia cantik dan terima kasih” ahahahahahahah~ jadilah itu tinus punya tulisan ada kata ibu nia cantik nya, ya gapapalah ya buat jadi doa. Hehehehe xp, dan makasih ya Allah setelah sekian lama bisa dapet bunga mawar lagi :D hihihi <3 


Cerita Lainnya

Lihat Semua