Gimana Cara Masukin Gajah ke Tas Aina???

Prawinda Putri A 22 November 2014

Saat pertama kali mengajar di SDN 9 Semende Darat Ulu, saya cukup lega karena hanya menjadi guru kesenian dan muatan lokal. Tapi ternyata pada bulan keempat, ada salah satu guru PNS yang dimutasi. Jadilah dengan segala kewenangan yang ada, saya di daulat menjadi wali kelas 5. OhNo! Mau jadi apa murid-muridku (kasih backsound ala sinetron)

                Sebenarnya saya tidak keberatan sih jadi wali kelas. Tapi, karena ini sudah menginjak tahun keempat, maka Pengajar Muda lebih sering aclok-aclokan, kalo bahasa Ibu saya, dari dusun ke kabupaten, bahkan hingga ke provinsi. Jadi pasti sering ninggalin muridnya.

                Beberapa waktu yang lalu saya terpaksa meninggalkan murid selama 7 hari penuh karena ada KKG di kecamatan lain, lalu saya laju ke Provinsi untung briefing Kelas Inspirasi yang di handle sepenuhnya oleh teman-teman Relawan Peduli Pendidikan di Palembang. Saat saya kembali ke sekolah, ada perasaan bersalah karena lama tidak mengajar kelas 5. Di hari kamis itu jam pertama adalah Olahraga bagi kelas saya. Lalu sebelum pulang ada sisa waktu sekitar satu jam .Untuk membayar rasa bersalah meninggalkan mereka terlalu lama, saya gunakan satu jam itu untuk kuiz tebak-tebakan. Kebetulan anak kelas 5 kompetitif sekali. Tapi, kalau adu cerdas cermat dibagi kelompok gitu, yang kalah suka sirik sama yang menang. Malah kadang berujung ledek-ledekan nama bapak.

                “Hoy anak Pajri!” atau “Ngape kabah nih dasar anak Zainal”

                Chaos lah pokoknya. Jadinya hari itu saya jadikan saja 1 VS 26. Satu guru melawan seluruh anak satu kelas. Biarlah satu kelas ini berkoalisi melawan saya. Kalau saya beri tebakan dan mereka dapat menjawab, nilai untuk mereka. Tapi kalau mereka tidak dapat menjawab, nilai untuk saya. Tebak-tebakan saya mulai dengan yang mudah seperti: Bulat. Putih. Dalamnya kuning. Anak-anak gagal menjawab dimana jawaban sebenarnya adalah Telor. Yess! Saya dapat nilai dong. Kemudian tebak-tebakan saya arahkan ke mata pelajaran mulai dari IPA, IPS, hingga Matematika. Skor saat itu 10-6. 10 untuk saya dan 6 untuk mereka. Sebenarnya memberi tebak-tebakan pelajaran ini sekaligus recalling bagi mereka. Mengingat sebentar lagi UAS.

                Seperti yang saya bilang, murid saya sangat kompetitif. Bahkan nggak terima kalah sama gurunya sendiri. Lalu saya beri bonus tebak-tebakan.

                “Bagaimana cara memasukkan seekor gajah ke dalam tas Aina?” tanya saya sembari menunjuk tas Aina. Banyak jawaban lucu meluncur dari mulut mereka. “Gajahnya disembelih!”, “Gajahnya suruh diet dulu”, “Tas Aina dibesak’kan (dibesarkan)”, dan lain-lain.

                “Salah semua!” seru saya. “Caranya, kita foto gajahnya. Kita cuci fotonya, lalu fotonya dimasukkan ke Tas Aina” Otomatis satu kelas tertawa. Entah tertawa karena tebakan saya lucu, atau mereka kesal sudah dikibulin gurunya. Kemudian bergantian anak-anak yangs memberi saya tebakan. Saya suruh mereka berdiskusi membuat pertanyaan yang susah. Mereka sampai bergerombol seru sekali. Bersekongkol untuk menjatuhkan Ibu Gurunya. Hahahaha.

                “Ada dua orang jalan. Ada jalan ke kanan dan ke kiri. Kalau dua-duanya ke kanan, dikira gila. Tapi kalau satu ke kanan dan satu ke kiri, tidak gila” Raka memberikan tebakan terakhir kepada saya. Saya berpikir cukup keras. Ini mudah! Pasti mudah! Masa saya tidak bisa menjawab teka-teki dari bocah kelas lima? Percuma dong saya dapat gelar sarjana 3 tahun 8 bulan! Malu sama almamater!!! (mulai drama). Ujung-jungnya saya menyerah dengan tebakan Raka. Ternyata, jawabannya adalah celana! HAHAHAHAHA

                Skor siang itu berakhir dengan 17-18. Anak-anak menang. Berhasil menggulingkan gurunya sendiri. Ssssttt.... rahasia saja ya... saya sih sengaja mengalah supaya mereka menang dan bahagia. Tapi lain kali Ibu tidak akan kalah menjawab tebak-tebakan kalian. FIGHTING!!!

                 

              


Cerita Lainnya

Lihat Semua