"Pak ponten pak...............

JarotWidiyono 5 Januari 2016

“Pak tugasnya sudah selesai.

“Pak PR-nya sudah selesai.

“Pak ponten pak...............

 

                Ponten (Koreksi) yang dalam kamus bahasa indonesia berarti “pembetulan; perbaikan; pemeriksaan. Ponten sendiri menjadi kata yang paling sering aku dengar enam bulan ini. Setiap mengajar, apalagi setiap memberikan tugas atau pekerjaan rumah, ketika anak-anak sudah selesai mengerjakanya. Mereka akan maju dengan membawa hasil pekerjanya dengan berlari dan berkata:

Pak ponten......

Mungkin mengkoreksi adalah salah satu tugas pokok dari seorang guru. Tak ayal selama enam bulan ini, saya menghitung ada beberapa kali kegiatan mengkoreksi yang saya lakukan. Di luar mengoreksi tugas dan PR, saya juga mengoreksi MID Semester, Koreksi Ujian Semester dan Koreksi Ulangan Harian. Selama enam bulan ini juga ada bebrapa pertanyaan yang akhirnya hinggap di kepala, tentang tugas, tentang koreksi dan ketepatanya.

Saya sering berfikir tentang sistem penilaian dipendidikan indonesia, sejak Sekolah Dasar kita di didik untuk saling berkompetisi dan menjatuhkan. Kenapa saya bilang begitu? Kita lihat anak-anak sekolah di negara kita, setiap tahun mereka menghadapi ujian nasional untuk dinyatakan lulus.  Mereka yang mendapat nilai tertinggi (pandai) adalah siswa yang paling banyak betul-nya dalam menjawab pertanyaan. Dan siswa yang paling sedikit betulnya akan menjadi siswa yang dianggap kurang pandai.

Kita terlalu sering melihat hasil, kita tak pernah berfikir. Dan mungkin tak pernah ingin tahu bahwa siswa yang kita sebut pandai, mungkin saja untuk mengerjakan soal ujian nasional matematika dia tak perlu belajar dengan keras dan bahkan mungkin sangat mudah untuk mendapatkan nilai yang baik. Tapi apakah kita pernah berfikir murid yang kita anggap kurang pandai bisa saja sangat sulit untuk mendapatkan nilai “Lima”. Mungkin sajamereka perlu belajar lebih keras dari mereka yang kita sebut pandai, mungkin saja mereka perlu mengerahkan tenaga dan pikiran lebih keras dari yang lainya.

Apakah itu semua tak patut dihargai?........

Dan mungkin sering kita jumpai, ketika seorang siswa sudah di cap sebagai siswa yang kurang pandai, pada ulangan “A” mendapat nilai lima, dan guru-nya pun menyarankan untuk belajar. Pada ulangan “B” mendapat nilai lima (lagi), dan guru-nya menyarankan untuk (lebih) giat belajar. Hingga mungkin sampai ulangan yang ke “Z” pun mendapat nilai lima, dan guru-nya pasti selalu menyarankan-nya untuk belajar. Dan ketika di ulangan “A1” si siswa mendapat nilai yang baik justru sang guru kadang menganggap si siswa mencontek.

Ah kadang memang semuanya begitu rumit, sesuatu yang kadang kita sarankan dan dilakukan oleh orang yang kita beri saran, kemudian hasilnya sesungguhnya sesuai dengan apa yang diharapkan, tapi justru kita yang terlalu berburuk sangka dan menganggapnya melakukan perbuatan yang seharusnya tak dilakukan (kecurangan).


Cerita Lainnya

Lihat Semua